Menanggapi Pemasalahan Cadar

akhir - akhir ini Indonesia digemparkan lagi dengan isu teroris. menariknya isu ini berdampak dalam berbagai aspek salah satu nya CADAR. isu cadar menjadi turut mencuat mengiringi isu teroris.
bahkan salah satu di kampus Islam memberikan tugas kepada Mahasiswanya untuk mencari dalil naql (qur'an dan hadits) juga dalil rasional (aql) tentang CADAR di era digital sekarang.

1. Dengan melihat kondisi social di era teknologi ini, cadar adalah sebuah keharusan. 

Karena wanita berlomba-lomba menghias diri dimulai dari tampilan wajahnya. Entah berupa alis, gigi, warna pipi dan sebagainya. Semua itu dilakukan untuk mendapat pujian laki-laki atau wanita yang memandangnya secara langsung atau via media social. Hal ini terbukti sebuah akun media social seperti facebook, instagram, bigo live, dsb sebuah akun yang menampilkan kecantikan dirinya biarpun hanya sebatas wajah akan mempunyai follower yang lebih banyak, apalagi yang menampakkan aurat. Hal ini bertolak belakang dengan wanita yang bercadar, cenderung sedikit follower nya.

Hal ini membuktikan, bahwa anjuran Rasulullah untuk menutup wajahnya agar wanita terhindar dari niat jahat laki-laki. Karena tidak mungkin laki-laki berniat jahat (kejahatan seksual) atau tertarik kepada wanita yang tidak menampakkan kecantikan dirinya meskipun hanay sebatas wajah

2. Kondisi Islam kini semakin terpojokan dengan adanya isu teroris. 

Apalagi dengan pelaku bom bunuh diri yang mengenakan cadar, hal ini semakin menguatkan stigma masyarakat bahwa cadar identic dengan terorisme. Sebenarnya ini adalah kecelakaan paham social. Dapat kita bandingkan secara adil antara tragedi bom bunuh diri yang dicap sebagai teroris dengan pembunuhan masal di Rohingnya, di Palestina, di Yaman, di Syuriah, dsb. Jika pengertian teroris adalah suatu cara dalam membuat orang lain merasa ketakutan bahkan sampai menjadi korban, maka seharusnya para pembunuh yang jumlah korbanya dari ratusan sampai jutaan di Palestina, Rohingnya dsb juga harus disebut teroris, bahkan teroris Internasional. Lalu sampai detik ini apa ada yang berani menyebut mereka sebagi teroris? Paling mentok hanya sebatas kejahatan HAM.

Perlu kita pahami sampai di sini, bahwa isu teroris itu sebuah cara konspirasi global dalam memojokkan kita sebagai ummat Islam. Sehingga dampaknya, kita dengan sesama umat islam saja saling mencurigai, apalagi dengan yang mengenakan cadar. Karena tidak adil mengambil sebuah kesimpulan dari satu dua sampling saja. Karena beberapa kasus bom bunuh diri, pelakunya wanita bercadar, memberikan kesimpulan bahwa semua yang bercadar adalah teroris, bahkan sampai pada teori bahwa cadar adalah symbol teroris.

Apakah boleh saya balik? Semua koruptor adalah berdasi, dan ini tidak satu dua sampling. Dari pejabat tingkat desa sampai pusat yang korupsi adalah kaum berdasi. Lantas apa bisa diambil kesimpulan “semua orang yang berdasi adalah koruptor?” bahkan bisakah dijadikan teori, “dasi adalah symbol korupsi”

Perlu digaris bawahi di sini, saya tidak membela teroris, saya Cuma tidak terima ketika cadar atau niqab yang menjadi bagian dari syariat Islam menjadi symbol sebagai terorisme.

3. Mayoritas dari umat Islam justru memandang sinis dengan wanita yang bercadar. 

Secara komparasi ini sangat tidak adil. Kenapa mereka tidak sinis ketika memandang wanita yang mengumbar aurat di pinggir jalan atau di media social yang jelas-jelas melanggar syariat, tapi jutru memandang sinis wanita yang bercadar, yang jelas-jelas menutup aurat.

4. Mayoritas yang memandang sinis cadar justru golongan yang mengaku dirinya bermadzhab Syafi’i. 

sudah saya jelaskan di atas, justru madzhab yang mewajibkan adalah madzhab Syafi’i. imam nya saja mewajibkan cadar, tapi pengikutnya malah membenci cadar. Ada yang salah dari semua ini.
wallohu a'lam
Kebumen, 20 Mei 2018
Tags

#buttons=(Accept !) #days=(20)

Our website uses cookies to enhance your experience. Learn More
Accept !
To Top