Alasan Logis Kenapa Anak Harus Banyak

بِسْــــــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ
اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ

Tulisan ini diawali dengan doa, semoga Alloh
  1. Memberikan pasangan yang soleh/a bagi yang belum menikah
  2. Memberikan anak yang soleh/a bagi yang belum punya anak atau yang ingin punya anak lagi
  3. Menjadikan anaknya yang soleh/a dan sukses dunia akhirat, bagi yang sudah punya anak

Disclaimer:

Tulisan ini bukan untuk menyinggung berbagai pihak dan pula untuk diperdebatkan, tapi:
1. Memotivasi orang yang masih ragu untuk punya anak banyak
2. Memotivasi orang tua yang anaknya sudah banyak

👶👶👶👶👶👶👶

Alasan Kenapa Tidak Ingin Anak Banyak

1. Beban Finansial

Banyak Anak Banyak Rejeki
Slogan yang digunakan oleh orang jaman dulu dan sekarang sudah mulai luntur dengan berbagai argumentasi masing-masing. Karena sekarang slogan itu justru berganti dengan slogan Banyak Anak Banyak Beban. Beban apapun terutama beban keuangan, solusi yang umum dilakukan yaitu KB sementara untuk pengaturan jarak lahir, KB Permanen (tubektomi dan veasektomi), childfree bahkan yang paling parah menghindari pernikahan sampai usia senja

Saya sendiri tidak sepenuhnya menerima dan tidak pula sepenuhnya menolak. Namun saya hanya membandingkan dan merenungkan

a. Keluarga jaman dulu [tahun 1940 – 1990]

Saya cuma heran dengan orang tua saya sendiri dan orang tua yang lainnya. Mereka punya anak banyak entah 4 5 6 7 8 9 bahkan ada yang 12 anak. Jika anak adalah beban, herannya zaman dulu di era krisis dan peceklik anak tetap hidup, bisa makan bahkan sampai besar berumah tangga bahkan menjadi keluarga yang sukses.

b. Keluarga jaman sekarang [tahun 2000-sekarang]

Ada gap [kesenjangan] yang lucu. Yaitu orangtuanya punya anak banyak, namun anak yang sekarang jadi orang tua tidak berani anaknya banyak. Dan ini saya tidak menyalahkan karena kondisi dan prinsip masing-masing berbeda.
Kemudian slogan “banyak anak banyak beban keuangan [finansial]”

Sebenarnya sama saja dengan jaman dulu. Jika dulu beban utama yaitu keuangan untuk makan dan pakaian. Tapi sekarang yang menjadi beban dalam hal pendidikan dan keinginan sekunder lainnya
Artinya keluarga jaman dulu maupun sekarang masing-masing punya beban keuangan.


2. Beban Psikologis, Tenaga & Pikiran

Faktor kedua orang tidak mau anaknya banyak yaitu

a. Beban Psikologis

Marah, kecewa, kesal, sedih, cemas, takut dan berbagai perasaan jiwa lainnya. Yang artinya semakin banyak anak semakin besar pula beban psikologis yang dirasakan. Misalnya punya anak 7,
  • cemas sekarang anak-anak bermain dimana tidak pulang-pulang
  • cemas anak-anak sedang di pesantren jauh dari orang tua bahkan di luar negr
  • cemas dan takut akan masa depan anak
sebenarnya hal ini bisa dijawab dengan:
1. Orang tua jaman dulu jarang sekali yang mencemaskan akan masa depan anak, namun mereka tetap optimis, akhirnya kita yang merupakan anak jaman dulu bisa hidup sampai sekarang bahkan secara pendidikan lebih tinggi dari orangtua

2. Apa sebenarnya yang paling perlu dicemaskan dan ditakutkan? Kita simak kecemasan dan ketakutan Nabi Ya’kub dalam surat Al Baqoroh 133
أَمْ كُنْتُمْ شُهَدَاءَ إِذْ حَضَرَ يَعْقُوبَ الْمَوْتُ إِذْ قَالَ لِبَنِيهِ مَا تَعْبُدُونَ مِنْ بَعْدِي قَالُوا نَعْبُدُ إِلَٰهَكَ وَإِلَٰهَ آبَائِكَ إِبْرَاهِيمَ وَإِسْمَاعِيلَ وَإِسْحَاقَ إِلَٰهًا وَاحِدًا وَنَحْنُ لَهُ مُسْلِمُونَ

Adakah kamu hadir ketika Ya'qub kedatangan (tanda-tanda) maut, ketika ia berkata kepada anak-anaknya: "Apa yang kamu sembah sepeninggalku?" Mereka menjawab: "Kami akan menyembah Tuhanmu dan Tuhan nenek moyangmu, Ibrahim, Ismail dan Ishaq, (yaitu) Tuhan Yang Maha Esa dan kami hanya tunduk patuh kepada-Nya".

Dari ayat ini jelas sekali Nabi yang sangat mulia dan dijamin masuk surga oleh Alloh, bukan mengkhawatirkan anak nanti makan apa, hidup dimana, nikah dengan siapa, masa depannya bagaimana dan segala kekhawatiran keduniaan lainnya. Namun yang dikhawatirkan NANTI AKAN MENYEMBAH SIAPA?

Artinya yang perlu dikhawatirkan bagaimana IMAN ILMU dan AMAL anak nantinya. Karena dengan itu akan mengendalikan segalanya. Anak yang akan melanjutkan perjalanan hidup tidak cukup jika hanya dibekali uang yang pasti ada habisnya, tapi juga dibekali IMAN dan ILMU

b. Beban Tenaga dan Pikiran

Selanjutnya beban tenaga dan pikiran pasti dirasakan. Apalagi jika usia anak masih berkisar 0 – 7 tahun. Dimana mereka masih dekat dan lekat dengan orang tua yang kemudia menguras tenaga orang tua dalam mengurusinya.

Kemudian anak masuk usia sekolah [7-19 tahun] lebih ke arah beban pikiran entah keuangan maupun faktor lainnya seperti kecerdasan anak bahkan kenakalan

Namun saya mengamati dan mengalami ada rumus siklus kehidupan bahwa beban itu tidak akan lama.
Seiring usia anak bertambah dewasa – Seiring orang tua berkurangnya usia dan tenaga
Seiring itulah beban semakin berkurang – giliran anak-anak memberikan balasan
Jadi makna lainnya, semakin banyak anak semakin berpotensi mendapatkan balasan banyak


3. Trauma

Ada pula yang tidak mau melahirkan lagi karena trauma saat hamil maupun melahirkan. Melansir di halodoc.com, istilah medis dari trauma melahirkan ini adalah postpartum post-traumatic stress disorder (PTSD)
Sama halnya seperti pengalaman traumatis lainnya, ibu dengan postpartum PTSD kerap mengalami kilas balik peristiwa (flashback) yang terus mengingatkan pada trauma yang pernah dialaminya.

Trauma bukanlah jalan akhir yang menghalangi untuk punya anak lagi, karena ternyata trauma masih bisa diatasi, salah satunya konsultasi dengan dokter.
Artinya, walaupun mengalami trauma masih tetap ada potensi mempunyai anak banyak. Apalagi dengan melihat “iming-iming” jika anak banyak

👶👶👶👶👶👶👶

Alasan Kenapa Anak Harus Banyak

Background Source: Freepik.com



1. Banyak Bantuan Finansial di Usia Senja
Anak adalah Aset Terbaik dan Termahal
Loh kok bisa? Mari kita renungi hadits berikut ini
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
إِذَا مَاتَ الْإِنْسَانُ انْقَطَعَ عَمَلُهُ إِلَّا مِنْ ثَلَاثَةٍ مِنْ صَدَقَةٍ جَارِيَةٍ وَعِلْمٍ يُنْتَفَعُ بِهِ وَوَلَدٍ صَالِحٍ يَدْعُو لَهُ

“Jika seseorang meninggal dunia, maka terputuslah amalannya kecuali tiga perkara (yaitu): sedekah jariyah, ilmu yang diambil manfaatnya, atau do’a anak yang shalih.(HR. Muslim no. 1631)

Dari hadits itu Islam sudah memberi gambaran anak merupakan aset bahkan investasi yang akan dirasakan panennya saat orang tua sudah usia senja bahkan ketika sudah tiada [meninggal dunia]
Memang sekarang belum merasakan. Sekarang masih banyak sekali beban keuangan yang harus dikeluarkan. Tapi semua itu insha Alloh akan terbalaskan justru di saat usia orang tua tidak lagi muda.

Misalnya punya anak 5. Saat mereka sudah bekerja dan orang tua sudah tua dan tidak bisa bekerja lagi [sekitar usia 50 – 70], giliran anak membantu keungan, misalnya per anak 500rb per bulan. Maka mendapatkan 2.500.000 totalnya

WARNING!
Ini bukan mengajak untuk melihat anak dari segi materi/uang. Tapi ini menjawab orang yang takut punya anak banyak karena materi/uang

2. Mengurangi Beban Psikologis, Tenaga & Pikiran

Saat anak-anak masih kecil, memang menjadi beban psikologis, tenaga dan pikiran. Namun saat anak menginjak usia sekolah seperti SMP, SMA dan kuliah, mereka justru akan mengurangi beban itu semuanya.

Contoh kecilnya, anak perempuan akan mengurangi beban ibu dalam memasak, mencuci baju dll
Anak laki-laki bisa membantu pekerjaan ayahnya
Selain itu saat orang tua ada masalah, bisa curhat ke anak yang sudah bisa menjadi pendengar yang baik

3. Banyak Teman di Usia Senja

Sebenarnya tulisan ini diawali dengan rasa iba saya melihat orang tua yang anaknya sedikit [1 atau 2]. Ketika orang tua sudah renta, tapi anak Cuma 2. Hidupnya dan rumahnya terasa sangat sepi dan hampa
Kenapa?
1. Saat anaknya berumah tangga, biasanya pindah kemanapun
2. Potensi anaknya untuk soleh dan sukses sangat kecil. Artinya jika punya anak banyak biarpun anak 1 tidak soleh/sukses, masih punya harapan anak yang lain.
anak 2 asal soleh/sukses bisa kan?
Iya bisa, tapi lebih bahagia mana dengan 7 anak yang semuanya soleh dan sukses?

Di usia senja, orang tua sangat butuh teman. Betapa banyaknya orang tua yang sudah tua justru di rumah sendirian bahkan masih mecari uang. Tapi jika ada anak banyak, masih ada kemungkinan tidak semua anaknya meninggalkan. Misalnya semua anak merantau tapi ada 1 atau 2 anak yang diminta rumahnya tetap dengan orang tua. Sedangkan yang jauh, selalu membantu secara finansial, komunikasi maupun pikiran.

4. Punya Potensi sebagian atau semua anak menjadi anak yang Soleh/a dan Sukses

Di poin ini saya membandingkan 2 keluarga

Keluarga 1 
Punya anak 2. Anak ke 1 sudah menikah dan pindah jauh bersama suaminya. Anak kedua emang di rumah, namun bisa dikatakan belum menjadi anak baik. Sehingga justru menjadi beban pikiran dan keuangan sampai sekarang

Keluarga 2 
Punya anak 7. Semuanya sudah dewasa dan bekeluarga. Semua anaknya alumni pesantren, dan cucu-cucunya di pesantren dan kuliah. Dari pesantren lokal sampai gontor. Ada anak yang sebagian tinggal menemani orang tuanya dan sebagian merantau. Betapa bahagianya saat momen kumpul bersama antar orang tua yang telah senja [+- umur 80 th] dengan anak-anak dan cucu-cucu yang soleh dan sukses

5. Banyak yang Mendoakan

Seperti hadits di atas
“Jika seseorang meninggal dunia, maka terputuslah amalannya kecuali tiga perkara (yaitu): sedekah jariyah, ilmu yang diambil manfaatnya, atau do’a anak yang shalih.” (HR. Muslim no. 1631)

Maknanya, saat orang tua sudah meninggal dunia, akan selalu mendapatkan kiriman doa terbaik dari anak. Semakin banyak anak-semakin banyak pahala yang dikirimkan. Alasan logisnya, bisa dikatakan tidak mungkinkan didoakan oleh anak tetangga?

6. Menjadi Kebanggaan Rasulullah

Rasulullah bersabda dengan bangga:
فَقَالَ تَزَوَّجُوا الْوَدُودَ الْوَلُودَ فَإِنِّي مُكَاثِرٌ بِكُمْ الأُمَمَ
………Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam lantas bersabda, “Nikahilah wanita yang pengasih dan punya banyak keturunan karena aku sangat berbangga karena sebab kalian dengan banyaknya pengikutku.” (HR. Abu Daud, no. 2050; An-Nasa’i, no. 3229. Al-Hafizh Abu Thahir mengatakan bahwa hadits ini hasan)

Hadits ini adalah hadits yang memotivasi kita untuk menikah dan memilih istri yang wadud (penyayang) dan walud (memiliki banyak keturunan). Kenapa diperintahkan demikian? Karena Rasul ingin pengikutnya banyak.

👶👶👶👶👶👶👶

Banyumas, 28 – 4 – 2023
Ditulis saat mendengar kabar dari istri, hamil anak ke 3 di usia ke 5 tahun pernikahan


Referensi:
Rumaysho.com
Halodoc.com

Jika ingin memberi kritik, saran atau berbagi informasi ke kami, silahkan hubungi melalui

Email: ubaygurupai2021@gmail.com 
Yuk baca 👉  
Jangan lupa untuk mengisi 👉 
Silahkan Follow blog kami  👉 

#buttons=(Accept !) #days=(20)

Our website uses cookies to enhance your experience. Learn More
Accept !
To Top