بِسْــــــــــــــــــمِ اللهِ الرَّØْÙ…َÙ†ِ الرَّØِÙŠْÙ…ِ
اللَّÙ‡ُÙ…َّ صَÙ„ِّ عَÙ„َÙ‰ Ù…ُØَÙ…َّدٍ
Bagaimana kabarmu? Semoga Alloh senantiasa mengistiqomahkanmu dalam iman dan islam. Kali ini aku ingin berbagi cerita, bagaimana dulu aku “priyatin” dalam menjalani hidup. Jika kamu tahu rasa lelahnya mendaki gunung, kamu akan merasakan indahnya pemandangan di puncaknya. Begitu juga, ketika kita hidup dalam kesusahan-kesusahan, terutama ketika sekolah/kuliah yang dituntut harus mandiri. BERSABARLAH, Alloh lah yang akan mengangkat derajat kita.
Aku pun tidak menyangka jika saat ini menjadi PNS, bukannya aku mengagungkan PNS, tapi aku melihat suatu realita bahwa ribuan bahkan jutaan orang Indonesia berebut menjadi PNS, dan kini Alloh telah menjadikanku seperti itu.
Lalu apa sebabnya?, utamanya adalah karena rahmat Alloh, dan doa-doa dari orang-orang di sekelilingku. Setelah itu, aku mengingat betapa hidupku dari kecil sering merasakan susah payah.
Berikut beberapa ceritanya aku dalam mencari uang
1. 2012, sebagai tukang cuci piring di Warung Padang, Kebumen
Saat itu saya baru masuk kuliah semester 1. Karena saya berkeinginan keras untuk mandiri dan sehingga tidak membebani orang tua, maka saya nekad bekerja ke orang lain, apapun pekerjaanya.
Kebetulan ada warung makan padang yang bersedia menerima saya sebagai pegawainya. Warungnya pun kecil di pinggir jalan raya, dan hanya saya yang menjadi pegawai. setiap pagi setelah subuh, saya dan bos saya pergi ke pasar untuk mencari bahan baku. Setelah itu kita kembali dan masak berbagai hal, +- sampai jam 9.
Setelah selesai masak, kami buka warungnya. Pekerjaan saya melayani pembeli, tapi sebatas pekerjaan sepele, seperti mengambilkan air putih, membersihkan warung sampai membersihkan piring – piring dan gelas.
Setelah waktu dzuhur tiba, saya izin ke bos untuk menunaikan shalat jama’ah di masjid terdekat. Setelah itu saya kembali bekerja sampai jam 13:00, kemudian setelah itu saya berangkat ke Kampus sambil mengayuh sepeda. Sebelum pamitan, saya membungkus nasi dengan lauk seadanya, seperti tempe, daun singkong dan sambal. karena biarpun di warung padang banyak lauk enak, saya tidak berani mengambil, karena saya khawatir bos tidak ikhlas hatinya, sehingga haram untuk saya makan.
Setelah sampai kampus, saya masuk ke markas organisasi Karena hidup bersama teman – teman, saya pun makan bersama teman – teman. Dan terkadang ada yang bertanya “nasi dari mana”, saya pun menjawab “saya bekerja di warung”.
Begitu rutinitas yang saya lakukan hampir setiap harinya. Di tengah kesibukan bekerja, yang paling penting buat saya adalah menjaga solat, jangan sampai telat apalagi ditinggalkan. Selain itu, ketika ada waktu luang, saya menyempatkan baca buku.
Dan saya tidak mempermasalahkan gaji yang saya dapatkan, walaupun hanya 10.000 per hari nya. Yang penting saya mendapatkan pengalaman, dan bisa melatih mental saya untuk merasakan hidup pahit, sehingga suatu saat merasakan hidup manis tidak terlena, bahwa semua itu karunia atau amanah dari Alloh.
2. Jualan ES Dawet di Pinggir Jalan Raya
Saat itu saya berkeinginan kuat untuk berjualan, karena termotivasi oleh pendidikan di pesantren Nurul Iman. Karena bingung hendak jualan apa, saya pun mengendarai motor dengan mencari inspirasi dari penjual-penjual di pinggir jalan. Ketika lewat di suatu pasar, saya melihat ada penjual dawet, awalnya sih saya Cuma mau beli dan minum di situ.
Kami pun berlanjut ke obrolan, sampai saya mengutarakan ingin usaha, dan Alhamdulillah dia mau mengajari. Ya… mengajari membuat es dawet. Bismillah, aku pun menguatkan tekad, singkat cerita aku mendatangi rumahnya, lalu di ajari membuat es dawet. Setelah lumayan bisa, aku pun membuat di rumah. Beberapa hari kemudian, aku memantapkan niat untuk berjualan. Bismillah, aku membawa gerobak kecil di atas motor dengan segala perangkat jualan es dawet. saat itu aku berangkat jam 9an pagi, ketika dzuhur shalat di masjid terdekat. Setelah itu aku pulang untuk berangkat kuliah.
Sungguh sebenarnya aku malu, seringkali teman-teman dan tetanggaku melihat. Tapi aku meyakinkan diri, selama usahaku halal why not?
3. Jualan Keliling
Jualan es dawet menjadi awal perjalanan jiwa dagangku, es punya pantangan dengan musim hujan, jadi aku ganti usaha. Kali ini Alhamdulillah guru ngajiku KH. Nasaifan Anif barakallohu fih di pesantren mempunyai usaha. Beliau menawarkan agar aku menjualkan dagangannya. Aku pun menyanggupi. Aku pun berjalan keliling dari rumah satu ke rumah yang lain, menemui orang-orang di jalan. Untuk menjual apa?, yang kujual Peci dan pisau.
Yaa… tantangan baru, aku harus menemui dan menawarkan selalu.
4. 2013, buruh di Nikki Chicken, Bekasi
Ketika libur semester datang, saya tidak ingin melewatkan dengan sia – sia. Apalagi untuk berhura-hura dengan teman – teman. Berhubung dengan gaji 10.000 per hari ternyata kurang mencukupi kebutuhan sehari – hari apalagi membayar SPP Kuliah, maka di saat liburan, saya memutuskan ke Bekasi. Saya ikut orang jualan fried Chicken, dan saya menjadi pegawai satu – satunya juga.
Saya tinggal di rumah bos, jadi setiap hari saya bertugas tidak hanya di tempat jualan. Di rumah pun saya diperintah kerja, seperti merawat burung peliharaanya yang banyak. Kalau pagi hari dari jam 6 saya dan bos ke pasar. Di sana saya mengurusi ayam yang akan dijadikan bahan fried chicken. Selesai jam 11, setelah itu saya mandi dan solat dzuhur. Kemudian tidur, bangun 14:30 dan siap – siap berangkat ke lapak atau warung tempat jualan. Setelah shalat ashar saya dan bos pun berangkat.
Setelah sampai di lapak, saya mempersiapkan segala perlengkapan. Kemudian saya melayani pembeli – pembeli yang mulai berdatangan. Waktu maghrib datang, saya pun shalat terlebih dulu. Setelah itu melanjutkan lagi, sampai jam 21:00 atau sampai habis. Setelah selesai, saya mencuci peralatan-peralatan semuanya. Ketika waktu luang, saya membaca buku atau ngobrol dengan tetangga.
Dari hal ini yang paling berkesan adalah kesabaran. Bagaimana saya harus bermental kuat, karena bos saya kalau berbicara sangat menyakitkan. Dari sini saya jadi belajar, bagaimana pentingnya menjaga hati pegawai, kelak insha Alloh saya mendirikan perusahaan, akan menjaga perasaan pegawai.
5. 2016, Jualan online dan offline
Aku terjun lagi di dunia dagang, demi untuk menutupi biaya kuliah apalagi saat itu tingkat akhir. Aku pun mencoba jualan apapun sebisaku seperti hp murah-murahan, kartu memori, lampu, casing dan silicon hp, gantungan kunci dll.
Aku menjualnya lewat facebook, marketplace, dan yang paling mengesankan ketika aku berjualan di alun-alun pada event car free day hari ahad. Bermodalkan baliho, aku menggelar dagangan sekitar jam tengah 6 pagi. Yang “sesuatu” banget, ketika aku berjualan bertemu dengan teman-teman, bahkan guru SMP, juga dosen kuliah.
6. 2017, sebagai buruh harian, Kalimantan
Setelah saya melewati 4 tahun kuliah, Alhamdulillah lulus tepat waktu. Dengan pertolongan Alloh saya bisa melewati kuliah dengan berbagai kisah yang sangat indah. Di tantangan terakhir pun yaitu skripsi, saya merasakan betapa Alloh selalu menolongku, karena saya merasa seharusnya hal itu tidak bisa saya lewati, tapi Alloh selalu ada.
Setelah wisuda saya tidak mau menganggur dengan menunggu keajaiban ijazah. Saya langsung pergi ke Kalimantan. Saya tidak tahu akan kerja apa di sana. Ketika sampai di sana, saya bekerja buruh harian kepada tetangga yang mempunyai kebun kelapa sawit.
Berangkat jam 7 seperti anak sekolah, pulang jam 14:30. Dan pekerjaanya bervariasi, seperti menebas tumbuh-tumbuhan pengganggu, memberi pupuk, menanam pohon sawit dan sebagainya. Karena kerjanya tidak diberi makan dan minum sama sekali, saya bawa bekal sendiri. Ketika waktu dzuhur tiba, saya istirahat. Dengan peralatan solat yang sudah dipersiapkan, saya solat di bawah kelapa sawit, dan wudunya di air rawa.
Dengan menyandang gelar sarjana, sama sekali tidak membuat saya malu. Malah membuat orang – orang kagum, sampai ada salah satu orang kaya di sana menawarkan saya untuk mengelola lembaga pendidikan. Akan tetapi saya belum siap
Kerja buruh harian saya lakukan berbulan – bulan, membuat orang lain iba melihat saya. Sehingga mereka berusaha membantu saya untuk masuk Perusahaan Kelapa Sawit, walaupun sekedar mengantarkan saya ke Perusahaanya.
7. 2017, sebagai Karyawan PT. Gemareksa
Saya akhirnya mendaftar di PT.XXX, saya menitipkan lamaran ke tetangga, kemudian saya dipanggil untuk melakukan tes. Ini pertama kalinya saya melamar pekerjaan. Ketika saya sampai di perusahaan, ternyata yang tes seleksi hanya 2 orang. Soalnya pun lumayan susah. Setelah beberapa hari menunggu pengumuman, akhirnya hanya saya yang diterima sebagai mandor.
Sayangnya, di hari pertama kali saya kerja saya sangat kaget. Karena tidak diperbolehkan untuk shalat Jum’at. Setelah saya telusuri, kebanyakan pekerjanya adalah Kristen. Saya mennjadi bimbang. Di lain sisi saya lagi bahagia baru diterima kerja, tapi di lain sisi saya sedih. Jika saya tetap bekerja, otomatis saya harus meninggalkan solat jum’at.
Saya pun mengadu ke Alloh, suatu hari saya pernah mendengar ceramah seorang ustadz yang intinya “barang siapa meninggalkan sesuatu karena Alloh, maka Alloh akan memberi ganti yang lebih baik”
Bismillah, saya yakin dengan janji Alloh itu. Saya pun tidak jadi kerja di PT tersebut. Saya lebih memilih kerja buruh seperti biasa. Akan tetapi di lain sisi sedih juga, karena penghasilan buruh harian, tidak pasti. Saya ingin sekali bekerja di tempat yang lingkungannya Islami.
Makanya saya merutinkan do’a
“Ya Alloh karuniakanlah hamba, pekerjaan yang memudahkan hamba menjalankan ibadah wajib maupun sunnah”
Selama berbulan – bulan, saya hampir putus asa juga. Tidak juga mendengar ada lowongan pekerjaan. Akhirnya saya menitipkan berkas lamaran ke tetangga lagi. Selang beberapa hari, saya mendapatkan panggilan ke hp saya. Saat itu saya sedang bekerja di kebun seperti biasa, saya sangat senang sekali, walaupun masih harus tes.
Kemudian di hari yang ditentukan, saya mendatangi perusahaan. Sampai di sana, ada rasa minder di hati saya. Karena hanya saya yang tidak terlihat keren, peserta lainya tampil keren dengan baju dan sepatu bagus, sedangkan saya dengan sandal jepit dan baju seadanya. Selain itu, saya bertemu dengan salah satu peserta, dia lulusan S1 juga, bahkan sudah bertahun – tahun pengalaman di administrasi perusahaan. Dari sini saya sangat minder.
Tapi bukan jiwa saya menyerah dengan keadaan. Ketika tes tertulis saya selesaikan dengan mudah, giliran masuk tes Akuntansi saya sedikit terbengong. Masalahnya saya belum pernah sama sekali belajar akuntansi, Alhamdulillah sebelum masuk ruangan, saya sempat beajar di internet.
Tiba saatnya tes wawancara, bagi saya tes wawancara adalah yang paling saya suka. Saya bisa mengeluarkan mental dan kemampuan berbicara saya. Saat itu, saya dihadapkan dengan Manajer, ketua TU, dan sebagainya. Saya di wawancarai berbagai hal, dan dengan tegas saya jawab semuanya. Tentunya dengan karakter saya, yaitu suara tingii seperti hendak orasi. Sampai membuat interviewer terheran –heran.
Saat – saat yang menegangkan, yaitu menunggu pengumuman. Saya kembali mendekatkan diri kepada Alloh. Saya curhat, kalau saya ingin sekali kerja di PT, Tapi yang mudah beribadah.
Akhirnya, saya pun kaget dan badan bergetar, ketika ada telpon masuk ke hp saya. Ternyata saya diterima, dan keesokan harinya saya harus ke perusahaan. Alhamdulillah, saya sujud syukur kepada Alloh yang telah menjawab doa saya selama berbulan – bulan.
Setelah sampai perusahaan, saya kaget. Ternyata dari +- 30 pendaftar, yang diterima hanya 3 peserta, dan justru yang sudah berpengalaman tidak diterima. Saya yang belum tahu apa-apa malah diterima, dzalika fadlun minalloh. Semua itu karena Alloh yang memudahkan.
Akhirnya saya menyandang sebagi karyawan tetap PT.Gemareksa. saya bersyukur sekali kepada Alloh, karena tidak hanya diterima di PT, ada yang lebih saya banggakan daripada itu, yaitu sangat mudah untuk beribadah. Saya terharu sekali, ternyata Alloh memberikan saya tempat bekerja yang “persis” apa yang saya minta. Yaitu yang mudah untuk beribadah dan dipertemukan dengan karyawan yang soleh.
Saya bekerja sebagai bagian administrasi lebih tepatnya mencatat kapasitas Kendaraan yang keluar masuk pabrik, pekerjaan yang sangat nyaman sekali, dibandingkan buruh harian setiap hari kepanasan. Ruang kerja saya seperti manajer, satu ruang untuk sendiri, full ac. Pekerjaanya hanya menimbang kendaraan yang lewat, kalau tidak ada yang lewat, saya bisa santai, bahkan bisa tidur.
Saya bekerja dari jam 7 sampai jam 15.00, itu kalau sift 1. Karena ada 3 sift. Saya tinggal di perumahan. Saya senang sekali, karena di perusahaan tersebut ada masjid yang sangat aktif. 5 waktu selalu untuk solat jamaah. Bahkan yang solat jamaah bukan sekedar karyawan biasa, atasan pun seperti kepala TU, Manajer sampai General Manajer sering ke masjid juga. Hal ini membuat hati saya sangat sejuk. Karena dipertemukan dengan orang – orang soleh, yaitu tidak terlalaikan dengan jabatan dan kekayaan.
8. 2018, sebagai guru honorer
Setelah saya memperjuangkan pernikahan mesti masih menyandang pengangguran ( kisahnya klik di sini), akhirnya saya mencoba melamar ke sekolah. Padahal sebelumnya saya belum pernah melamar sebagai guru, walaupun ijasah saya adalah guru. Saya mendapatkan informasi dari telegram, kemudian saya datangi lembaganya dan menyerahkan berkas.
Di hari selasa 5 juni, saya solat duha dulu sebelum berangkat mengikuti tes tulis, microtaching dan wawancara. Seperti biasa, tes tulis adalah yang membosankan. Walaupun saya berangkat telat, tapi saya keluar pertama. Setelah itu praktik mengajar, dan ini saya lebih suka. Walaupun saya sudah lama tidak mengajar, tapi karena jiwa saya adalah pendidik, maka membuat penguji melirik. Setelah itu tes wawancara, dan hal ini yang paling saya sukai. Dengan nada yang percaya diri, saya berbicara tertata dan seakan ilmiah. Seprti nada orasi, membuat penguji terheran-heran.
Setelah ujian selesai, kami disuruh menunggu tanggal 8, hari jum’at pengumumannya. Dan sekarang hari jum’at, di tengah harap-harap cemas, saya tawakkal kepada Alloh. Saya meminta istri yang kebetulan hamil muda, agar turut mendoakan.
Dan Alhamdulillah, saya mendapatkan telpon kalau saya besok pagi diminta hadir ke sekolah, itu artinya say diterima. Allohu Akbar, padahal yang mendaftar banyak, dan sekolahnya lumayan bonafit. Setelah saya memberikabar ke istri, istri punturut bahagia.
9. 2018, menjadi Ojek Online (OJOL)
10. 2019, Akhirnya aku menjadi PNS
Itu lah kisah saya yang penuh pertolongan Alloh.
Hikmahnya :
1. Mencari rezeki berupa uang, adalah untuk ibadah.
2. Jadi, jadikan Alloh sebagai alasan dan tujuan, in Sha Alloh akan selalu diberi kemudahan.
3. Makanya selalu utamakan Shalat,
4. hindari memakan yang syubhat apalagi haram.
5. Jangan lupa sedekah, agar membersihkan harta.
Semoga Alloh memberimu pekerjaan yang menjadi ladang nafkah dan ibadah, yang hasiilnya berkah dan melimpah, sehingga menjadikan keluargamu sakinah mwadah warahmah dan menghasilkan keturunan solih dan soliha.
Alhamdulillah
Wallohu a’lam
Bandung, 8 Juni 2018/24 Ramadhan 1439 H
Ngubaidillah M.Pd