Penjelasan & Contoh PCK-SJT-Studi Kasus UP PPG

11 minute read

بِسْــــــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ
اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ
Ikuti Channel WA PPG 👉 bit.ly/4eXRBI1 (GRATIS)
Follow Tiktok kami, klik 👉 


Assalamua'alaikum Pejuang PPG Kemenag 

Semoga Alloh memberikan keberkahan dan keberhasilan untuk antum, silahkan kisi-kisi dipelajari untuk persiapan Ujian yang Paling Menentukan. namun sebelum baca ✨10 Tips Sukses PPG  (pengalaman admin) 

Berikut ini uraian dari model terbaru UP PPG Kemenag 2025


🧠 Apa Itu PCK (Pedagogical Content Knowledge)?

PCK adalah singkatan dari Pedagogical Content Knowledge atau Pengetahuan Pedagogik-Konten, konsep yang diperkenalkan oleh Lee Shulman. PCK menggambarkan pengetahuan khusus yang dimiliki guru, bukan hanya tentang “apa yang diajarkan” (konten pelajaran), tetapi juga “bagaimana cara mengajarkannya” secara efektif dan sesuai dengan karakteristik siswa.

🔄 PCK = Pengetahuan Materi Ajar + Pengetahuan Cara Mengajarkannya


💡 Mengapa PCK Penting bagi Guru?

Bayangkan seorang guru seperti chef profesional:

  • Ia tidak hanya tahu bahan (konten pelajaran),
  • Tetapi juga menguasai teknik memasaknya agar enak, sehat, dan sesuai selera tamu (siswa).

Dengan PCK, guru dapat:

  • Mengubah materi yang kompleks menjadi mudah dipahami.
  • Menyesuaikan strategi dengan gaya belajar siswa.
  • Menghindari miskonsepsi umum pada materi tertentu.
  • Membuat pembelajaran menjadi kontekstual, menarik, dan bermakna.
  • Menjadi guru profesional yang tidak hanya hafal teori, tapi mampu menyikapi situasi nyata secara bijaksana.


🧩 Komponen-Komponen PCK

  1. Pengetahuan Konten (Content Knowledge): Menguasai materi pelajaran secara mendalam, termasuk struktur, konsep kunci, dan pola berpikir dalam disiplin tersebut.
  2. Pengetahuan Pedagogik (Pedagogical Knowledge): Menguasai teori belajar, pendekatan, metode, teknik, asesmen, dan manajemen kelas.
  3. Pengetahuan tentang Kurikulum: Memahami struktur kurikulum, capaian pembelajaran, KD/TP, dan standar nasional.
  4. Pengetahuan tentang Siswa: Mengetahui karakteristik siswa (usia, budaya, kemampuan, kebutuhan khusus, dll).
  5. Pengetahuan tentang Representasi Materi: Menggunakan analogi, alat bantu, gambar, cerita, simulasi, teknologi, dll untuk menyederhanakan konsep.
  6. Pemahaman terhadap Miskonsepsi Siswa: Mengetahui kesalahan umum yang sering terjadi dan mampu mengatasinya secara preventif.
  7. Pemanfaatan Konteks dan Sumber Belajar: Mengaitkan pembelajaran dengan lingkungan, pengalaman siswa, dan sumber belajar yang tersedia.

🔍 PCK dalam Uji Pengetahuan PPG

Dalam konteks Uji Pengetahuan (UP) PPG, PCK tidak muncul sebagai teori yang harus dihafal, tapi sebagai kemampuan menerapkan pengetahuan pedagogik dan konten dalam berbagai situasi nyata.

Soal-soal PCK biasanya berbentuk:

  • Studi kasus kelas
  • Pemilihan pendekatan belajar yang sesuai
  • Penyesuaian pembelajaran dengan keterbatasan (teknologi, budaya, sumber daya)
  • Penyusunan indikator pembelajaran dan penggunaan media

Contoh:

Seorang guru di desa harus mengajarkan nilai-nilai Pancasila secara interaktif meski akses internet terbatas. Apa strategi terbaik?


🔗 Keterkaitan PCK dengan Kisi-Kisi UP PPG KEMENAG

📌 Kisi-Kisi Soal UP PAI No. 1:

“Disajikan deskripsi materi tentang pembentukan akhlak karimah, mahasiswa dapat menentukan rumusan tujuan pembelajaran ranah sikap yang paling sesuai dengan indikator tujuan supaya peserta didik dapat meningkatkan keimanan, ketakwaan dan akhlak mulia.”


🧠 Apa Hubungannya dengan PCK?

Soal ini jelas menguji PCK, karena guru dituntut tidak hanya memahami materi PAI (konten) tentang akhlak karimah, tetapi juga:

  • Merumuskan tujuan pembelajaran sikap (ranah afektif),
  • Sesuai dengan indikator tujuan, dan
  • Relevan dengan karakteristik peserta didik serta nilai-nilai PAI.

Dengan kata lain, kisi-kisi ini menguji sejauh mana guru mampu:

  • Content Knowledge: Memahami secara mendalam materi tentang akhlak karimah, konsep iman dan takwa, serta nilai-nilai akhlak mulia dalam Islam.
  • Pedagogical Knowledge: Mengetahui cara merumuskan tujuan pembelajaran ranah sikap (afektif), sesuai kaidah yang baik dan tak sekadar copy-paste.


Contoh Soal:

Seorang guru akan mengajarkan materi “Akhlak terhadap sesama manusia” kepada siswa kelas 5 SD. Indikator pembelajaran menyebutkan: “Siswa menunjukkan sikap saling menghargai dan tolong-menolong di sekolah.”

Manakah rumusan tujuan pembelajaran ranah sikap yang paling tepat?

A. Siswa mengetahui pentingnya akhlak terhadap sesama manusia.
B. Siswa mampu menjelaskan contoh akhlak terpuji kepada teman.
C. Siswa memahami bahwa tolong-menolong adalah perilaku baik.
D. Siswa menunjukkan sikap saling menghargai dan membantu dalam kehidupan sehari-hari sebagai wujud akhlak mulia.
E. Siswa mampu menulis cerita tentang pentingnya akhlak terpuji.


Jawaban yang Paling Sesuai dengan PCK:

D. Karena ini:

  • Berbasis indikator sikap
  • Berorientasi pada perilaku nyata
  • Sesuai ranah afektif
  • Menghubungkan nilai Islam (akhlak mulia) dengan praktik kehidupan


Dengan kata lain, jawaban D mencerminkan penerapan PCK karena guru:

  • Memahami konten akhlak karimah
  • Mampu menyusun tujuan pembelajaran sikap
  • Menyesuaikan dengan indikator, konteks siswa, dan prinsip pendidikan Islam

📌 Kesimpulan:

Soal seperti pada kisi-kisi UP PAI No. 1 sangat erat dengan PCK, karena:

✅ Tidak cukup tahu apa itu akhlak karimah.
✅ Harus tahu bagaimana menyusun tujuan pembelajaran sikap yang membentuk akhlak itu secara nyata.


Kami sudah membuat Kumpulan Soal sesuai kisi-kisi resmi untuk PAI, PGMI dll. tidak hanya itu, kami mengemasnya dalam kuis dan juga pembahasan yang super detail

Kami membimbing 8 Mapel

Contoh Soal yang kami buat


🌟 Situational Judgement Test (SJT)

📌 Pengertian SJT

Tes ini dirancang untuk menilai kemampuan peserta dalam menghadapi berbagai situasi yang mungkin terjadi di lingkungan sekolah, terutama dalam konteks mengelola pembelajaran yang berpusat pada siswa.


🎯 SJT Bertujuan untuk Mengukur Kompetensi Dalam:

  • ✅ Pengambilan keputusan
  • ✅ Pemecahan masalah
  • ✅ Manajerial
  • ✅ Kepemimpinan
  • ✅ Keterampilan interpersonal
  • ✅ Komunikasi


📖 Penjabaran Lanjut

Tes ini biasanya disajikan dalam bentuk skenario-skenario yang menggambarkan situasi relevan yang mungkin dihadapi oleh seorang guru.
Setiap skenario disertai sejumlah opsi tindakan, dan peserta diminta memilih tindakan yang paling tepat atau efektif.

🧑‍🏫 Dalam konteks PPG, SJT menguji sejauh mana peserta mampu:

  • Mengambil keputusan yang tepat untuk mencapai tujuan pembelajaran
  • Mengatasi masalah yang mungkin muncul selama proses mengajar

📝 Soal-soal SJT didesain untuk mencerminkan situasi nyata yang sering dihadapi guru.


📋 Format dan Aturan Pelaksanaan SJT PPG

🔢 Jumlah dan Bentuk Soal:

  • 10 soal pilihan ganda
  • Berbentuk situasi atau skenario relevan dengan tugas guru
  • Setiap soal diikuti oleh 4 pilihan jawaban tindakan

Cara Menjawab:

  • Peserta memilih 1 dari 4 jawaban yang dianggap paling efektif
  • Diperlukan analisis cermat agar jawaban sesuai prinsip pendidikan

⏱️ Waktu Pengerjaan:

  • Manajemen waktu diperlukan agar soal selesai tepat waktu

Kondisi Pengerjaan:

  • Dikerjakan di lingkungan yang kondusif agar peserta fokus

🧠 Kebebasan Memilih Soal:

  • Peserta boleh memilih soal yang dianggap mudah terlebih dahulu


🧩 Agar Sukses Mengerjakan SJT, Gunakan Strategi Ini:

  • 📚 Baca skenario dengan teliti
  • 🧠 Pahami konteks pendidikan
  • 🕒 Kelola waktu dengan baik
  • ⚠️ Jangan terpancing pilihan yang mirip
  • 🎯 Pilih jawaban yang paling tepat, bukan sekadar benar


🧠 Strategi Menghadapi SJT

Untuk menjawab SJT secara maksimal, peserta perlu mengembangkan:

  • 🧐 Pemahaman konteks
  • ❤️ Empati
  • 📘 Konsistensi dengan prinsip pendidikan
  • 👩‍🏫 Keterlibatan siswa
  • 🔮 Pertimbangkan dampak jangka panjang
  • 🎨 Kreativitas dan refleksi diri
  • 🌏 Sensitivitas budaya dan realitas
  • 🧩 Berpikir kritis dan analitis


Contoh Soal SJT

Seorang guru baru ditugaskan mengajar di kelas 4 yang sebelumnya dikenal sebagai kelas dengan dinamika tinggi: beberapa siswa aktif, sebagian lainnya pasif, dan ada beberapa siswa yang kerap membuat kegaduhan. Setelah dua minggu mengajar, guru tersebut merasa pembelajaran sering terhambat karena beberapa siswa sulit diatur dan tidak fokus. Ia mulai merasa frustrasi dan bingung harus bagaimana agar kelas dapat kondusif namun tetap menyenangkan.

A. Mengajak siswa membuat kesepakatan kelas bersama untuk menciptakan aturan yang disepakati bersama, serta mengatur ulang metode mengajar agar lebih bervariasi dan menarik bagi semua karakter siswa.
B. Memindahkan siswa yang gaduh ke sudut kelas dan memberi peringatan tegas setiap kali mereka mengganggu jalannya pelajaran.
C. Mengeluh kepada guru senior dan berharap ada siswa yang dipindahkan ke kelas lain agar suasana belajar bisa membaik.
D. Melanjutkan pembelajaran seperti biasa sambil menunggu siswa terbiasa dengan aturan kelas dan berharap situasi membaik dengan sendirinya.

Kunci dan Penjelasan:

A (Sangat Efektif): Mendorong keterlibatan siswa, membangun rasa tanggung jawab bersama, dan menunjukkan fleksibilitas serta pemahaman terhadap kebutuhan kelas yang beragam. Strategi ini bersifat jangka panjang dan membangun iklim belajar positif.
B (Cukup Efektif): Memberi efek disiplin jangka pendek, namun kurang membangun pemahaman atau tanggung jawab siswa terhadap perilakunya. Bisa menciptakan jarak antara guru dan siswa.
C (Kurang Efektif): Tidak menyelesaikan masalah secara mandiri dan tidak menunjukkan peran guru sebagai pemimpin kelas yang profesional.
D (Tidak Efektif): Mengabaikan situasi dan tidak mengambil langkah proaktif untuk memperbaiki pembelajaran serta dinamika kelas.

ini soal yang kami buat, mau belajar lebih dari ini? AYO GABUNG BERSAMA BIMBEL KAMI 0851-5988-0093 

🔍 Perbedaan Antara PCK dan SJT 
Aspek PCK (Pedagogical Content Knowledge) SJT (Situational Judgement Test)
Kepanjangan Pedagogical Content Knowledge Situational Judgement Test
Fokus Utama Pengetahuan tentang materi & cara mengajarkannya Pengambilan keputusan profesional di lingkungan sekolah
Isi yang Dinilai Konten pelajaran, strategi mengajar, pemahaman siswa Etika, manajemen konflik, komunikasi, kepemimpinan
Bentuk Soal Studi kasus pembelajaran dan perencanaan mengajar Skenario situasi nyata di sekolah, pilihan tindakan
Keterkaitan Kurikulum Sangat berkaitan dengan CP/KD/TP Tidak selalu terkait mata pelajaran, lebih umum
Jenis Kemampuan Kognitif dan pedagogis (cara mengajar) Sosial-emosional dan profesional (cara bersikap)
Contoh Penerapan Menggunakan alat bantu konkret untuk mengajarkan konsep sulit Menegur siswa dengan bijak saat terjadi pelanggaran


🎯 Studi Kasus Reflektif – Panduan Menyusun dan Memahami

Studi kasus reflektif adalah bagian penting dalam UKMPPG yang mengukur kemampuan guru untuk menganalisis, menyelesaikan, dan merefleksi masalah nyata di kelas. Ini bukan hanya soal "apa yang dilakukan", tetapi juga "mengapa melakukannya, apa hasilnya, dan apa yang dipelajari."


📌 Apa Itu Studi Kasus Reflektif?

Studi kasus reflektif adalah metode untuk mengulas pengalaman nyata di kelas, menguraikan masalah, solusi, hasil, dan refleksi mendalam.

✨ Tujuannya:

  • Menunjukkan kemampuan refleksi profesional guru.
  • Menilai kompetensi pengelolaan pembelajaran berbasis masalah.
  • Menunjukkan hubungan antara tindakan guru dengan hasil pembelajaran.

📑 Bentuk Soal dalam UKMPPG

Peserta diminta menjawab dalam bentuk uraian:

  1. Uraikan masalah dalam pembelajaran yang pernah Anda hadapi (berbasis bidang studi).
  2. Bagaimana Anda mengatasi masalah tersebut?
  3. Apa hasil dari upaya yang dilakukan?
  4. Apa pengalaman berharga yang bisa digunakan untuk peningkatan profesional Anda?

🕒 Durasi pengerjaan: 30 menit
🧑‍🏫 Dinilai oleh penguji saat Ujian Kinerja (UKIN)


🛠️ Tahapan Menyusun Studi Kasus Reflektif

🔹 1. Mengidentifikasi Masalah Nyata

Deskripsikan tiga hal penting:

  • Kondisi yang diharapkan: Apa target atau harapan pembelajaran?
  • Kondisi yang terjadi: Apa yang sebenarnya terjadi di kelas?
  • Gap: Perbedaan antara keduanya (masalah inti).

📝 Contoh:

Anda berharap siswa bisa memahami pecahan. Tapi mereka bingung saat mengerjakan soal pecahan berbeda penyebut. Gap-nya adalah ketidakmampuan siswa mengaplikasikan konsep yang diajarkan.

📌 Tips:

  • Berdasarkan fakta nyata (observasi, evaluasi, interaksi).
  • Hindari skenario yang terlalu “ideal” atau tidak realistis.


🔹 2. Upaya Penyelesaian (Berbasis Pembelajaran Berpusat pada Siswa)

Solusi yang diambil harus:

  • Operasional (dapat dilakukan)
  • Rasional (masuk akal dan sesuai masalah)
  • Relevan (sesuai dengan peran guru)

🛠️ Contoh Strategi:

  • Pembelajaran Kolaboratif → kerja kelompok dengan siswa berbeda kemampuan
  • Alat Bantu Visual → gunakan gambar, media manipulatif, atau video
  • Pembelajaran Berbasis Proyek → siswa praktik langsung (misalnya menghitung bahan makanan)

📌 Catatan Penting:

Solusi yang baik adalah solusi realistis, sederhana, kontekstual, dan berpusat pada siswa.


🔹 3. Mendeskripsikan Hasil

Uraikan hasil upaya penyelesaian secara konkret:

Bentuk Keberhasilan:

  • Siswa lebih percaya diri
  • Skor evaluasi meningkat
  • Partisipasi belajar aktif

📊 Bukti Pendukung:

  • Data hasil ulangan
  • Umpan balik siswa
  • Observasi guru

🔗 Keterkaitan dengan Masalah:
Pastikan hasil tersebut benar-benar menjawab gap di awal.


🔹 4. Refleksi dan Pembelajaran Profesional

🌱 Elemen Refleksi yang Baik:

  1. Cara menyelesaikan masalah: Apa pendekatan yang terbukti efektif?
  2. Antisipasi masa depan: Apa yang akan Anda lakukan jika masalah ini muncul lagi?
  3. Peningkatan profesionalisme: Apa pelajaran yang memperkuat peran Anda sebagai guru?

💬 Contoh:

Saya belajar bahwa siswa lebih memahami konsep jika mereka terlibat aktif melalui alat peraga. Di masa depan, saya akan menyiapkan media visual untuk konsep abstrak dan membagi siswa ke dalam kelompok kolaboratif sejak awal.


🧠 Kesimpulan Kunci

✅ Studi kasus reflektif bukan sekadar cerita pengalaman, tapi analisis mendalam atas proses pembelajaran.

📌 Kunci keberhasilan:

  • Deskripsi masalah yang fokus
  • Solusi yang berpusat pada siswa
  • Hasil yang terukur dan relevan
  • Refleksi yang menunjukkan pengembangan diri


Contoh Studi Kasus Reflektif – PAI Kelas 5

1. Deskripsi Masalah Nyata

Pada pembelajaran Pendidikan Agama Islam di kelas 5 dengan topik Akhlak Terpuji terhadap Sesama Manusia, saya menghadapi kondisi yang kurang ideal. Capaian Pembelajaran (CP) menuntut siswa menunjukkan sikap menghargai, bekerja sama, dan berbicara santun terhadap teman.

Kondisi yang Diharapkan:
Siswa berpartisipasi aktif dalam diskusi kelompok dan menerapkan nilai-nilai akhlak terpuji seperti saling menghargai pendapat dan tidak berkata kasar.

Kondisi yang Terjadi:
Sebaliknya, banyak siswa kurang antusias saat diskusi kelompok, cenderung pasif, dan beberapa siswa mengejek teman yang berpendapat, terutama yang kurang percaya diri. Hal ini menyebabkan sebagian siswa enggan berbicara dan menarik diri dari kegiatan.

Gap:
Terjadi ketimpangan antara harapan pembelajaran akhlak dengan perilaku siswa di kelas. Nilai akhlak yang seharusnya ditanamkan justru tidak tampak dalam praktik diskusi kelompok.


2. Solusi Berbasis Pembelajaran Berpusat pada Siswa

Untuk mengatasi masalah tersebut, saya merancang pembelajaran yang berpusat pada siswa dan menumbuhkan nilai-nilai akhlak dalam prosesnya.

Langkah-Langkah:

  • Ice breaking bertema empati di awal pembelajaran untuk mencairkan suasana dan membangun kepercayaan antarsiswa.
  • Membentuk kelompok kecil heterogen agar siswa dapat saling melengkapi dan belajar menghargai perbedaan.
  • Memberikan peran dan tanggung jawab dalam kelompok, seperti moderator, pencatat, dan pelapor.
  • Menyisipkan kisah inspiratif tentang akhlak Rasulullah saat berdiskusi, untuk memberi contoh konkret.
  • Memberikan lembar refleksi pribadi di akhir sesi untuk menilai bagaimana mereka menghargai pendapat dan kerja sama kelompok.


3. Hasil dari Solusi yang Diterapkan

Setelah penerapan strategi ini selama dua pertemuan:

Keberhasilan yang Terjadi:

  • Siswa menjadi lebih aktif dalam diskusi.
  • Frekuensi ejekan menurun drastis, dan siswa mulai saling mendukung dalam kelompok.
  • Umpan balik siswa menunjukkan perubahan sikap positif, terutama dalam menghargai pendapat teman.
  • Guru dapat mengamati peningkatan kepercayaan diri siswa dalam menyampaikan pendapat.

Bukti Pendukung:

  • Lembar observasi guru menunjukkan peningkatan partisipasi dari 40 persen menjadi 80 persen.
  • Lembar refleksi siswa menggambarkan pemahaman mereka akan pentingnya sikap menghargai dan bekerja sama.


4. Refleksi dan Pembelajaran Profesional

Apa yang Saya Pelajari:
Saya menyadari bahwa pembelajaran nilai tidak cukup hanya disampaikan secara verbal, tetapi harus diintegrasikan dalam pengalaman belajar siswa, melalui aktivitas yang melibatkan emosi dan interaksi sosial.

Antisipasi Masa Depan:
Saya akan lebih sering menggunakan metode diskusi berstruktur dan aktivitas reflektif, serta pembiasaan nilai melalui kegiatan kolaboratif untuk membangun karakter siswa.

Peningkatan Profesionalisme:
Pengalaman ini memperkuat keterampilan saya dalam:

  • Merancang pembelajaran PAI yang interaktif dan bermakna
  • Menangani dinamika sosial siswa dalam kelompok
  • Mengintegrasikan pembentukan akhlak dengan aktivitas pembelajaran nyata


Kesimpulan:
Studi kasus ini membantu saya tidak hanya menyelesaikan masalah perilaku siswa, tetapi juga mengembangkan pendekatan pengajaran yang lebih reflektif, empatik, dan sesuai dengan hakikat pendidikan Islam.




✨ Yakin ga mau dibimbing kami?
🎓 Kami sudah bantu lebih dari 3000 alumni PPG Kemenag!
👉 Sekarang giliran kamu!

AYO GABUNG SEKARANG!
👇👇👇👇👇👇
┈••✦☪︎✦••┈🕋┈••✦☪︎✦••┈

DUKUNG blog ini klik 👉 

Jika ingin memberi kritik, saran atau berbagi informasi ke kami, silahkan hubungi kami melalui
Email: ubaygurupai2021@gmail.com 

Jangan lupa untuk mengisi 👉 
Yuk baca 👉 

#buttons=(Accept !) #days=(20)

Our website uses cookies to enhance your experience. Learn More
Accept !
To Top