Sebelum diwajibkan puasa Ramadhan, Rasulullahﷺ dan para shahabat telah mendapatkan perintah untuk mengerjakan puasa, diantaranya adalah puasa tiga hari setiap bulan dan puasa pada tanggal 10 Muharram (Asyura’).
Lalu turunlah ayat yang memerintahkan beliau untuk mengerjakan puasa fardhu hanya di bulan Ramadhan saja. Sehingga semua puasa yang sudah ada sebelumnya tidak diwajibkan lagi, namun kedudukannya menjadi sunnah.
Beliau sempat berpuasa sebelum Ramadhan selama 17 bulan lamanya. Kewajiban puasa bulan Ramadhan disyariatkan pada tanggal 10 Sya‘ban di tahun kedua setelah hijrah Rasulullahﷺ ke Madinah. Waktunya kira-kira sesudah diturunkannya perintah penggantian kiblat dari masjidil Al-Aqsha ke Masjid Al-Haram.
1. Al-Quran Al-Kariem
Allah telah mewajibkan umat Islam untuk berpuasa bulan Ramadhan dalam Al-Quran Al-Karim.
Islam dibangun atas lima, syahadat bahwa tidak ada tuhan selain Allah dan Muhammad adalah Rasulullah, menegakkan shalat, menunaikan zakat, pergi haji dan puasa Ramadhan. (HR. Bukhari dan Muslim).
3. Al-Ijma’
Secara ijma‘ seluruh umat Islam sepanjang zaman telah sepakat atas kewajiban puasa Ramadhan bagi tiapmuslim yang memenuhi syarat wajib puasa.
Bab 2 : Syariat Puasa Untuk Umat Terdahulu
Syariat puasa ini kita ketahui juga diperintahkan kepada umat-umat sebelum kita. Al-Quran Al-Kariem secara eksplisit menyebutkan bahwa kita wajib berpuasa sebagaimana dahulu puasa itu diwajibkan kepada orang-orang sebelum kita.
كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِينَ مِن قَبْلِكُمْ
Sebagaiman telah diwajibkan kepada umat sebelummu. (QS Al-Baqarah : 183)
Yang pertama kali berpuasa di bulan Ramadhan adalah nabi Nuh alaihissalam, yaitu ketika dia keluar dari bahteranya. Mujahid berkata bahwa telah tegas pertanyaan dari Allah SWT bahwa setiap umat telah ditetapkan untuk berpuasa Ramadhan, dan sebelum masa Nabi Nuh sudah ada umat manusia.
1. Puasa Daud
Di masa lalu, ibadah puasa telah Allah syariatkan kepada Nabi Daud alaihissalam dan umatnya. Mereka diwajibkan melaksanakan ibadah puasa untuk seumur hidup, dengan setiap dua hari sekali berselang-seling. Sedang kita hanya diwajibkan puasa satu bulan saja dalam setahun, yaitu bulan Ramadhan.
Puasa Daud ini disyariatkan lewat beberapa hadits Rasulullahﷺ, diantaranya :
Dari Abdullah bin Amru radhiyallahuanhu berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda,”Shalat (sunnah) yang paling dicintai oleh Allah adalah shalat (seperti) Nabi Daud as. Dan puasa (sunnah) yang paling dicintai Allah adalah puasa (seperti) Nabi Daud alaihissalam. Beliau tidur separuh malam, lalu shalat 1/3-nya dan tidur 1/6-nya lagi. Beliau puasa sehari dan berbuka sehari. (HR. Bukhari)
2. Puasa Maryam
Puasa juga Allah SWT syariatkan kepada Maryam, wanita suci yang mengandung bayi Nabi Isa ‘alaihissalam. Hal itu bisa kita baca di dalam Al-Quran Al-Kariem, bahkan ada surat khusus yang diberi nama surat Maryam.
Namun bentuk atau tata cara puasa yang dilakukan Maryam bukan sekedar tidak makan atau tidak minum, lebih dari itu, syariatnya menyebutkan untuk tidak boleh berbicara kepada manusia.
3. Katholik
Agama Kristen katholik merupakan sekte dan pecahan dari agama nasrani yang mengalami banyak distorsi dalam ritual ibadah. Berpuasa diwajibkan bagi penganutnya pada hari tertentu, tetapi bentuknya macam-macam. Salah satunya berpuasa tidak memakan daging dalam sehari. Ada juga yang berpuasa tidak makan apa-apa kecuali minum air.
Lucunya, ketentuan puasa ditetapkan bukan lagi oleh Allah atau Nabi Isa, tetapi ditetapkan oleh pemuka agama. Pada tahun 1966, Paus Paul VI menukar peraturan ketat berpuasa dalam agama Katolik Kristian. Dia menentukan aturan puasa bergantung kepada situasi ekonomi setempat, dan semua penganut Katholik berpuasa secara sukarela. Di Amerika Serikat, hanya terdapat dua hari yang wajib berpuasa, yaitu Rabu Ash dan Good Friday. Dan hari Jumat Lent adalah hari menahan diri dari memakan daging. Penganut Roman Katholik juga diwajibkan mematuhi Puasa Eukaris yang bermakna tidak mengambil apa-apa melainkan minum air atau obat selama sejam sebelum Eukaris (Holy Communion).
Amalan pada masa dulu adalah berpuasa dari tengah malam sehingga pada hari upacara tersebut tetapi karena upacara pada waktu tengah hari menjadi kebiasaan, berpuasa untuk ini diubah kepada berpuasa selama tiga jam. Peraturan terkini menetapkan bahwa berpuasa hanya selama sejam, walaupun begitu beberapa penganut Katolik masih mematuhi peraturan lama.
4. Yahudi
Puasa untuk umat Yahudi bermakna menahankan diri keseluruhannya dari makanan dan minuman, termasuk dari meminum air. Menggosok gigi diharamkan pada puasa hari besar Yom Kippur dan Tisha B'Av, tetapi dibenarkan pada puasa hari kecil.
Dalam teknis puasa mereka juga disebutkan bahwa memakan obat pada umumnya tidak dibenarkan, kecuali bila ada rekomendasi dari dokter. Umat Yahudi yang mengamalkan ritual ini, berpuasa sampai enam hari dalam satu tahun.
Bab 3 : Perbedaan Puasa Ummat Islam dengan Ummat Terdahulu
Lalu apa beda puasa kita sebagai muslim dengan puasa yang dilakukan agama lain?
Tentu saja sangat berbeda. Tata cara puasa yang kita lakukan mempunyai rujukan baik waktu, teknis, aturan dan segala detailnya, yaitu apa yang ditetapkan oleh Rasulullahﷺ.
1. Lebih Ringan
Perbedaan yang paling terasa antara puasa yang disyariatkan kepada umat Rasulullahﷺ dengan puasa-puasa yang disyariatkan kepada umat terdahulu adalah dari segi keringanannya.
Allah SWT telah menegaskan bahwa Dia mengiginkan kemudahan bagi kita dalam puasa ini.
Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu. (QS. Al-Baqarah : 185)
2. Lebih Sedikit
Allah SWT berfirman :
أَيَّاماً مَّعْدُودَاتٍ
Hanya dalam beberapa hari yang tertentu. (QS. Al-Baqarah : 184)
Umat Rasulullahﷺ ini hanya diwajibkan puasa di bulan Ramadhan saja, sementara sebelas bulan lainnya tidak wajib. Tentu cara seperti ini jauh lebih ringan dari puasa yang Allah SWT wajibkan kepada Nabi Daud alaihissalam dan umatnya. Meski pun mereka diwajibkan puasa berselang-seling sehari puasa dan sehari tidak, namun mereka diwajibkan berpuasa sepanjang tahun seumur hidup.
3. Disyariatkan Makan Sahur
Meski pun makan sahur itu hukumnya sunnah, namun secara tegas Rasulullahﷺ menyebutkan bahwa makan sahur itu adalah hal yang membedakan antara puasa kita dengan puasa orang-orang terdahulu, khususnya agama ahli kitab, baik nasrani maupun yahudi.
Hal itu bukan sekedar karangan para ulama, melainkan benar-benar sabda Rasulullahﷺ.
Yang membedakan antara puasa kita dan puasa ahli kitab adalah makan sahur. (HR. Muslim)
Dari hadits ini kita jadi tahu, rupanya umat-umat lain itu meski diwajibkan berpuasa, tetapi mereka tidak disyariatkan untuk melaksanakan makan sahur.
Bab 4 : Pensyariatan Puasa di Masa Rasulullahﷺ
Di masa kenabian Rasulullahﷺ belum ada perintah puasa sepanjang masa 13 tahun di Mekkah. Perintah puasa baru disepakati keberadaannya secara nyata ketika Rasulullahﷺ sudah hijrah ke Madinah dengan turunnya ayat 183-184 surat Al-Baqarah.
Di awal pensyariatan para shahabat masih mengalami tata cara puasa yang aneh dan berat ini
1. Begitu Tertidur Wajib Segera Puasa
Batasannya adalah waktu Maghrib untuk berbuka puasa. Tetapi begitu waktu maghrib terlewat dan masuk waktu Isya atau sudah tifur dan biasanya mereka tidur di awal malam, langsung sudah wajib puasa lagi. Meski masih malam tapi mereka sudah diwajibkan puasa.
Ibnu Katsir menceritakan bahwa seorang shahabat bernama Qais bin (Abu) Shirmah Al-Anshari setelah seharian bekerja di ladangnya, pada sore menjelang Maghrib dia pulang untuk berbuka puasa. Namun istrinya belum menyiapkan hidangan berbuka. Sambil menunggu istrinya mencari hidangan berbuka, Qais pun tertidur pulas. Ketika istrinya pulang mendapati suaminya tertidur, maka otomatis makanan yang dibawanya sudah tidak boleh lagi dimakan, karena sudah wajib puasa lagi begitu tertidur.
Keesokan harinya nampak kelemahan di wajah Qais, lalu diceritakan kasusnya kepada Rasulullahﷺ, sehingga turunlah ayat :
Dihalalkan bagi kamu pada malam hari bulan puasa bercampur dengan isteri-isteri kamu (QS. Al-Baqarah : 187)
2. Umar Melanggar Larangan Jima’ Malam Hari
Ibnu Abbas menceritakan bahwa menceritakan bahwa pada awalnya puasa Ramadhan itu sudah dimulai sejak selesai shalat Isya. Tidak boleh makan, minum dan berjima’. Puasa semacam ini tentu sangat berat, sehingga ada shahabat yang ‘melanggar’ ketentuan puasa malam hari, salah satunya adalah Umar bin Al-Khattab radhiyallahuanhu. Maka mereka mengadu kepada Rasulullahﷺ dan kemudian turunlah ayat berikut :
Allah mengetahui bahwasanya kamu tidak dapat menahan nafsumu, karena itu Allah mengampuni kamu dan memberi maaf kepadamu. Maka sekarang campurilah mereka (QS. Al-Baqarah : 187)
3. Masih Puasa di Malam Hari
Kalau kita pakai versi pertama bahwa orang yahudi dianggap sudah berpuasa Ramadhan, maka sesungguhnya puasa Ramadhan mereka itu masih belum disempurnakan. Sebab puasanya bukan hanya siang hari, tetapi juga malam hari juga wajib berpuasa.
4. Perubahan Batas Mulai Puasa
Sejak saat itu kemudian puasa sudah mulai ditetapkan batasnya sejak terbitnya fajar dan bukan lagi selepas shalat ‘Isya. Dan pada malam hari dibolehkan makan, minum dan berjima’ dengan istri.