Jangan lupa LibatinAlloh baca ✨10 Tips Sukses PPG (pengalaman admin)
"Masalah terbesar adalah saat kita merasa tidak punya masalah."
- Dalam proses pembelajaran, guru pasti akan menghadapi berbagai macam permasalahan di dalam kelas.
- Tidak jarang, permasalahan yang muncul tidak disadari sepenuhnya sebagai sebuah masalah yang perlu ditangani.
- Kalaupun disadari, belum tentu ada kemauan atau kemampuan untuk segera mencari langkah penyelesaian.
- Dari sekian banyak masalah, hanya sebagian yang berhasil diatasi hingga menghasilkan perubahan positif atau peningkatan (eskalasi).
- Ketika masalah berhasil diatasi, refleksi dan upaya untuk menjadikannya sebagai kebiasaan atau budaya sering kali tidak dilakukan. Banyak yang kembali ke “setelan pabrik” karena membentuk kebiasaan baru memerlukan energi pikiran, waktu, dan biaya tambahan—hal yang tidak mudah dan sering kali melelahkan.
1. Strategi Pembelajaran (100 Masalah)
Kategori 1: Perencanaan Strategi (20 Masalah)
Kategori 2: Pelaksanaan Strategi (20 Masalah)
Kategori 3: Keterlibatan Siswa (20 Masalah)
Kategori 4: Kesesuaian dengan Kondisi (20 Masalah)
Kategori 5: Evaluasi dan Refleksi (20 Masalah)
2. Media Pembelajaran (100 Masalah)
Kategori 1: Keterbatasan Teknis (20 Masalah)
Kategori 2: Kesesuaian Materi (20 Masalah)
Kategori 3: Keterampilan Guru (20 Masalah)
Kategori 4: Minat dan Daya Tarik Siswa (20 Masalah)
Kategori 5: Efektivitas Waktu dan Pemanfaatan (20 Masalah)
3. Penilaian (100 Masalah)
Kategori 1: Perencanaan Penilaian (20 Masalah)
Kategori 2: Pelaksanaan Penilaian (20 Masalah)
Kategori 3: Pemahaman Guru tentang Penilaian (20 Masalah)
Kategori 4: Pengolahan dan Pelaporan Nilai (20 Masalah)
Kategori 5: Tindak Lanjut Penilaian (20 Masalah)
4. LKPD (Lembar Kerja Peserta Didik) (100 Masalah)
Kategori 1: Desain dan Tampilan (20 Masalah)
Kategori 2: Bahasa dan Instruksi (20 Masalah)
Kategori 3: Kesesuaian dengan Tujuan Pembelajaran (20 Masalah)
Kategori 4: Tingkat Kesulitan (20 Masalah)
Kategori 5: Keterlibatan dan Kemandirian Siswa (20 Masalah)
🧠 1. Masalah Strategi Pembelajaran
📚 KATEGORI 1: Perencanaan Strategi (20 Masalah)
- Tidak merancang strategi sebelum pembelajaran.
- Strategi tidak sesuai dengan karakteristik siswa.
- Tidak menyesuaikan strategi dengan tujuan pembelajaran.
- Tidak ada variasi strategi dari satu pertemuan ke pertemuan lain.
- Strategi tidak disesuaikan dengan materi yang diajarkan.
- Tidak menyertakan pertimbangan diferensiasi belajar.
- Strategi hanya meniru dari internet tanpa penyesuaian.
- Tidak ada sinkronisasi dengan metode penilaian.
- Guru tidak tahu kapan strategi harus diubah.
- Tidak mempertimbangkan ketersediaan waktu.
- Tidak mempertimbangkan media yang tersedia.
- Tidak melibatkan siswa dalam perencanaan.
- Tidak ada strategi cadangan saat strategi utama gagal.
- Strategi tidak disesuaikan dengan kondisi kelas.
- Tidak menyusun urutan kegiatan secara logis.
- Tidak ada refleksi atas strategi sebelumnya.
- Tidak menggunakan hasil asesmen diagnostik untuk strategi.
- Strategi tidak memperhatikan gaya belajar siswa.
- Terlalu sering menggunakan strategi lama.
- Tidak mempertimbangkan kolaborasi antarguru dalam strategi.
👥 KATEGORI 2: Pelaksanaan Strategi (20 Masalah)
- Strategi tidak dijelaskan dengan jelas ke siswa.
- Siswa bingung saat strategi dijalankan.
- Guru terlalu banyak bicara, siswa pasif.
- Tidak memberi waktu cukup untuk kegiatan.
- Guru tidak fleksibel saat strategi tidak berjalan baik.
- Tidak ada penguatan atau motivasi selama proses.
- Guru tidak memastikan semua siswa terlibat.
- Terlalu fokus ke siswa pintar.
- Siswa tidak tahu tujuan dari kegiatan yang dilakukan.
- Guru terlalu cepat mengganti strategi.
- Tidak melakukan review di akhir kegiatan.
- Guru tidak berpindah tempat saat kegiatan kelompok.
- Siswa kebingungan karena terlalu banyak kegiatan.
- Guru tidak memberi contoh terlebih dahulu.
- Strategi tidak mempertimbangkan durasi perhatian siswa.
- Guru kurang antusias saat menerapkan strategi.
- Tidak membagi tugas dengan adil dalam kerja kelompok.
- Tidak ada follow-up setelah kegiatan selesai.
- Guru tidak memberi ruang diskusi terbuka.
- Strategi tidak memperhatikan kenyamanan siswa.
🧑🤝🧑 KATEGORI 3: Keterlibatan Siswa (20 Masalah)
- Strategi membuat siswa pasif.
- Tidak memberi kesempatan bertanya.
- Tidak menumbuhkan rasa ingin tahu.
- Tidak mengajak siswa berpendapat.
- Tidak ada kerja kelompok atau diskusi.
- Strategi tidak mendorong siswa berpikir kritis.
- Hanya fokus pada hafalan.
- Tidak mengembangkan kreativitas siswa.
- Tidak menghubungkan materi dengan kehidupan nyata.
- Tidak mengakomodasi siswa yang introvert.
- Tidak menyesuaikan dengan budaya lokal siswa.
- Siswa tidak dilibatkan dalam proses pengambilan keputusan.
- Strategi tidak menumbuhkan kolaborasi.
- Tidak memunculkan rasa tanggung jawab dalam kelompok.
- Tidak ada peran aktif siswa dalam pembelajaran.
- Terlalu banyak ceramah, minim aktivitas.
- Tidak mengembangkan kemampuan berpendapat.
- Strategi tidak mendorong eksplorasi.
- Siswa hanya mendengarkan, tidak berbuat.
- Tidak ada ruang bermain atau menyenangkan.
🔧 KATEGORI 4: Kesesuaian dengan Kondisi (20 Masalah)
- Strategi terlalu ideal, tidak cocok di lapangan.
- Tidak memperhatikan jumlah siswa di kelas.
- Tidak disesuaikan dengan fasilitas sekolah.
- Strategi butuh alat yang tidak tersedia.
- Tidak bisa dilakukan di kelas sempit.
- Tidak cocok untuk siswa dengan kebutuhan khusus.
- Tidak bisa diterapkan saat pembelajaran daring.
- Strategi terlalu kompleks untuk kelas rendah.
- Membutuhkan waktu yang tidak cukup.
- Tidak sesuai dengan jam pelajaran yang terbatas.
- Strategi tidak bisa dijalankan saat guru pengganti.
- Tidak memperhatikan faktor kelelahan siswa.
- Strategi membutuhkan banyak guru pendamping.
- Strategi hanya bisa dilakukan di kelas yang tenang.
- Tidak memperhatikan faktor cuaca (untuk strategi luar ruangan).
- Strategi tidak memperhatikan kebiasaan siswa.
- Strategi sulit diterapkan di sekolah non-lab.
- Guru tidak yakin dengan strategi yang dipilih.
- Strategi hanya cocok untuk siswa dengan kemampuan tinggi.
- Strategi tidak ramah inklusi.
🎓 KATEGORI 5: Evaluasi dan Refleksi (20 Masalah)
- Tidak melakukan refleksi strategi setelah pembelajaran.
- Guru tidak tahu strategi berhasil atau tidak.
- Tidak minta masukan dari siswa.
- Tidak melakukan perbaikan strategi untuk ke depan.
- Mengulang strategi gagal tanpa revisi.
- Tidak menilai efektivitas keterlibatan siswa.
- Tidak mencatat kekuatan dan kelemahan strategi.
- Tidak menyimpan dokumentasi kegiatan.
- Tidak ada catatan pembelajaran terdahulu.
- Tidak melihat hasil belajar dari strategi.
- Guru tidak belajar dari pengalaman.
- Guru menganggap semua strategi pasti cocok.
- Tidak melibatkan rekan guru dalam refleksi.
- Tidak mengembangkan strategi berbasis hasil penilaian.
- Tidak membandingkan strategi yang pernah digunakan.
- Tidak mengevaluasi strategi dalam RPP/Modul.
- Tidak membuat catatan untuk pertemuan berikutnya.
- Tidak menghubungkan strategi dengan gaya mengajar guru.
- Refleksi hanya dilakukan secara pribadi, tidak terstruktur.
- Tidak membuat perbaikan nyata setelah refleksi strategi.
🖼️ 2. Masalah Media Pembelajaran
🔧 KATEGORI 1: Keterbatasan
Teknis (20 Masalah)
- Proyektor
sekolah sering rusak.
- Tidak
ada colokan listrik di kelas.
- Internet
sekolah lambat.
- Tidak
semua siswa punya HP.
- HP
siswa tidak support aplikasi belajar.
- Listrik
mati saat jam pelajaran.
- Speaker
di kelas tidak berfungsi.
- File
media tidak bisa dibuka.
- LCD
tidak terpasang dengan baik.
- Laptop
guru terlalu lemot.
- Tidak
ada kabel penghubung ke proyektor.
- Aplikasi
sering keluar sendiri.
- Mic
tidak berfungsi saat presentasi.
- Kelas
terlalu terang, gambar tidak jelas.
- Kelas
terlalu bising, video tidak terdengar.
- Tidak
semua siswa bisa melihat layar.
- Tablet
bantuan pemerintah rusak.
- Tidak
ada teknisi untuk bantu perbaikan.
- Siswa
tidak bisa mengakses Google Classroom.
- Media
digital butuh kuota, siswa keberatan.
📚 KATEGORI 2: Kesesuaian
Materi (20 Masalah)
- Media
tidak sesuai dengan usia siswa.
- Media
terlalu sulit untuk dipahami.
- Gambar
dalam media tidak relevan.
- Video
terlalu panjang dan membosankan.
- Media
dibuat untuk jenjang berbeda.
- Isi
media tidak sesuai tujuan pembelajaran.
- Animasi
terlalu banyak, pesan tidak sampai.
- Contoh
dalam media tidak sesuai budaya lokal.
- Bahasa
di media terlalu rumit.
- Materi
tidak sesuai dengan kurikulum.
- Tidak
ada penekanan poin penting.
- Video
menjelaskan topik berbeda.
- Suara
di video terlalu cepat.
- Media
lebih banyak hiburan daripada isi.
- Teks
di slide terlalu banyak.
- Ilustrasi
membingungkan siswa.
- Media
tidak ada keterkaitan dengan penilaian.
- Soal
dalam media tidak cocok dengan kemampuan siswa.
- Media
tidak membantu menjelaskan konsep inti.
- Tidak
ada penekanan nilai karakter dalam media.
👨🏫 KATEGORI 3: Keterampilan
Guru (20 Masalah)
- Guru
belum terbiasa pakai teknologi.
- Guru
kesulitan membuat media sendiri.
- Guru
tidak tahu cara download video.
- Guru
belum bisa edit PowerPoint.
- Guru
bingung menghubungkan media dengan tujuan.
- Guru
panik saat media error.
- Guru
tidak tahu cara mengaktifkan suara.
- Guru
hanya pakai media yang itu-itu saja.
- Guru
belum belajar pakai Canva atau sejenisnya.
- Guru
tidak bisa menjelaskan isi media dengan baik.
- Guru
tidak bisa mengatur transisi slide.
- Guru
hanya tampilkan media, tanpa diskusi.
- Guru
lupa bawa file media ke kelas.
- Guru
hanya ambil media dari internet tanpa cek.
- Guru
tidak bisa jawab pertanyaan siswa tentang media.
- Guru
jarang ikut pelatihan media digital.
- Guru
menganggap media tidak penting.
- Guru
salah mengatur waktu saat pakai media.
- Guru
sering melewati bagian penting dalam media.
- Guru
tidak mengajak siswa berinteraksi dengan media.
🎯 KATEGORI 4: Minat dan
Daya Tarik Siswa (20 Masalah)
- Media
tidak membuat siswa penasaran.
- Tampilan
media terlalu membosankan.
- Warna
media terlalu gelap.
- Tidak
ada suara menarik di media.
- Media
hanya teks, tidak ada gambar.
- Media
tidak interaktif.
- Siswa
tidak tertarik menonton video.
- Animasi
tidak bergerak, jadi membosankan.
- Media
terlalu datar, tidak ada variasi.
- Siswa
tidak terlibat dalam pembuatan media.
- Siswa
hanya menonton, tidak diajak berpikir.
- Tidak
ada kuis atau permainan dalam media.
- Media
tidak sesuai tren yang disukai siswa.
- Media
terlalu formal, siswa jenuh.
- Tidak
ada cerita atau narasi menarik.
- Media
terlalu panjang untuk fokus siswa.
- Siswa
tidak diajak menanggapi isi media.
- Media
tidak membuat siswa tertawa atau terkejut.
- Siswa
tidak merasa media bermanfaat.
- Media
membuat siswa mengantuk.
⏱️ KATEGORI 5: Efektivitas Waktu
dan Pemanfaatan (20 Masalah)
- Terlalu
banyak waktu habis untuk menyalakan alat.
- Waktu
habis hanya untuk memutar video.
- Siswa
tidak sempat bertanya setelah media ditampilkan.
- Guru
tidak sempat membahas isi media.
- Media
tidak disiapkan sebelum pelajaran.
- Siswa
bingung saat bergantian pakai media.
- Media
hanya digunakan di awal, tidak diakhiri.
- Guru
terlalu lama menjelaskan media.
- Tidak
ada jeda waktu untuk refleksi setelah media.
- Media
tidak sinkron dengan waktu pelajaran.
- Guru
tidak punya waktu membuat media sendiri.
- Media
sering digunakan di jam yang tidak pas.
- Tidak
ada pengulangan isi media karena waktu sempit.
- Proses
membuka media terlalu lama.
- Tidak
ada waktu untuk memberi tugas dari media.
- Media
diulang-ulang dalam minggu yang sama.
- Guru
hanya tampilkan media saat supervisi.
- Media
tidak digunakan di sesi tanya jawab.
- Media
terlalu padat untuk satu kali pertemuan.
- Guru
lupa kapan harus menayangkan media.
📝 3. Masalah Penilaian
📋 KATEGORI 1: Perencanaan Penilaian (20 Masalah)
- Tidak menyusun indikator penilaian dengan jelas.
- Penilaian tidak sesuai dengan tujuan pembelajaran.
- Tidak membuat kisi-kisi soal sebelum menilai.
- Belum menentukan teknik penilaian yang tepat.
- Tidak ada penilaian formatif dalam proses belajar.
- Penilaian hanya dilakukan di akhir saja (sumatif).
- Belum menyusun rubrik penilaian yang jelas.
- Penilaian tidak memperhatikan ranah afektif dan psikomotor.
- Terlalu fokus pada nilai kognitif saja.
- Tidak menyesuaikan bentuk penilaian dengan karakteristik siswa.
- Tidak merencanakan penilaian proyek atau portofolio.
- Penilaian belum memperhatikan diferensiasi siswa.
- Tidak ada penilaian untuk kerja kelompok.
- Penilaian belum mengakomodasi siswa berkebutuhan khusus.
- Penilaian tidak disiapkan dalam RPP/Modul Ajar.
- Belum menetapkan Kriteria Ketercapaian Tujuan Pembelajaran (KKTP).
- Tidak mempertimbangkan keterpaduan antara penilaian dan strategi belajar.
- Tidak ada skenario penilaian alternatif saat kendala teknis.
- Belum menyusun instrumen observasi yang sistematis.
- Tidak menyiapkan soal untuk mengukur HOTS.
🧪 KATEGORI 2: Pelaksanaan Penilaian (20 Masalah)
- Penilaian dilakukan secara tergesa-gesa.
- Tidak menjelaskan instruksi soal dengan jelas ke siswa.
- Waktu pengerjaan soal terlalu singkat atau terlalu panjang.
- Guru tidak objektif dalam menilai.
- Penilaian hanya dilakukan oleh guru, tanpa peer-assessment.
- Tidak semua siswa mendapatkan kesempatan dinilai.
- Guru terlalu fokus menilai siswa aktif saja.
- Tidak konsisten dalam penggunaan rubrik.
- Penilaian dilakukan saat siswa belum paham materi.
- Tidak mencocokkan bentuk soal dengan tujuan pembelajaran.
- Soal terlalu sulit atau terlalu mudah.
- Tidak memperhatikan kondisi emosional siswa saat ujian.
- Tidak memberi umpan balik langsung setelah penilaian.
- Tidak memeriksa keaslian tugas siswa.
- Penilaian dilakukan tanpa pengawasan memadai.
- Guru sering lupa dokumentasi penilaian.
- Guru tidak mencatat hasil penilaian secara terstruktur.
- Penilaian dilakukan di luar waktu belajar efektif.
- Penilaian tidak mempertimbangkan hasil kerja proses.
- Tidak ada kejelasan batas waktu pengumpulan tugas.
🧠 KATEGORI 3: Pemahaman Guru tentang Penilaian (20 Masalah)
- Guru belum paham perbedaan penilaian formatif dan sumatif.
- Guru belum menguasai teknik penilaian kinerja.
- Tidak tahu cara membuat soal berbasis HOTS.
- Masih mengandalkan soal pilihan ganda saja.
- Tidak memahami konsep asesmen diagnostik.
- Belum bisa menghubungkan penilaian dengan capaian pembelajaran.
- Bingung membedakan antara skor dan nilai.
- Belum paham cara menyusun rubrik.
- Tidak tahu cara melakukan asesmen sikap.
- Belum bisa membuat penilaian berbasis proyek.
- Tidak terbiasa menilai proses belajar, hanya hasil akhir.
- Tidak tahu bagaimana memberi umpan balik yang membangun.
- Belum paham prinsip keadilan dalam penilaian.
- Kurang memahami pentingnya asesmen sebagai proses pembelajaran.
- Tidak tahu perbedaan penilaian individual dan kelompok.
- Tidak bisa mengidentifikasi kesalahan konsep siswa dari jawaban.
- Tidak terbiasa menyusun refleksi hasil penilaian.
- Masih bingung menentukan KKM atau KKTP.
- Tidak tahu cara menganalisis hasil penilaian.
- Tidak mengetahui bagaimana asesmen berdiferensiasi dijalankan.
📊 KATEGORI 4: Pengolahan dan Pelaporan Nilai (20 Masalah)
- Terlambat dalam mengolah hasil penilaian.
- Belum terbiasa menggunakan format nilai digital.
- Sering salah input nilai ke rapor.
- Tidak menggunakan rekapitulasi penilaian.
- Nilai tidak dicatat dengan rapi.
- Tidak ada dokumentasi bukti penilaian.
- Tidak menyimpan hasil penilaian sebagai data belajar siswa.
- Nilai siswa hanya dilihat dari angka akhir.
- Nilai tidak dianalisis untuk perbaikan pembelajaran.
- Tidak memberi grafik atau analisis hasil ke siswa.
- Guru tidak bisa menjelaskan asal usul nilai ke orang tua.
- Tidak menggunakan aplikasi sederhana untuk penilaian.
- Tidak ada nilai proses yang dicantumkan.
- Hasil penilaian tidak dijadikan dasar remedi.
- Tidak membedakan nilai tugas individu dan kelompok.
- Nilai siswa dicampur aduk antar mata pelajaran.
- Tidak mengarsipkan penilaian dengan baik.
- Tidak menyampaikan hasil penilaian secara terbuka ke siswa.
- Penilaian tidak dipakai dalam refleksi akhir semester.
- Tidak membuat laporan kemajuan belajar siswa.
💬 KATEGORI 5: Tindak Lanjut Penilaian (20 Masalah)
- Tidak memberikan remedi bagi siswa yang belum tuntas.
- Tidak memberi pengayaan bagi siswa yang sudah tuntas.
- Tidak menjelaskan kesalahan siswa saat mengoreksi.
- Tidak membahas hasil ujian bersama siswa.
- Tidak memberi ruang refleksi diri bagi siswa.
- Tidak membuat rencana perbaikan belajar berdasarkan nilai.
- Tidak memberi umpan balik tertulis maupun lisan.
- Tidak melibatkan siswa dalam menilai dirinya sendiri (self-assessment).
- Tidak memberi waktu konsultasi hasil penilaian.
- Tidak menyesuaikan strategi belajar berikutnya berdasarkan hasil penilaian.
- Tidak mengevaluasi efektivitas penilaian.
- Tidak mendiskusikan hasil penilaian dengan rekan sejawat.
- Tidak menggunakan hasil penilaian untuk memodifikasi RPP.
- Tidak melaporkan kemajuan siswa secara periodik.
- Tidak memotivasi siswa setelah hasil buruk.
- Tidak menindaklanjuti nilai rendah dengan pendekatan personal.
- Tidak membuat catatan individu perkembangan siswa.
- Tidak membedakan intervensi sesuai hasil penilaian.
- Tidak mengajak siswa menyusun target belajar baru.
- Tidak menggunakan hasil penilaian sebagai refleksi diri guru.
📄 4. Masalah LKPD
🎨 KATEGORI 1: Desain dan
Tampilan (20 Masalah)
- LKPD
terlalu padat isinya.
- Tulisan
di LKPD terlalu kecil.
- Tidak
ada gambar pendukung.
- Tidak
ada warna, LKPD terlihat membosankan.
- Tampilan
LKPD terlalu gelap saat difotokopi.
- Tidak
ada garis untuk menulis jawaban.
- LKPD
tidak ada halaman atau nomor soal.
- Tata
letak teks acak-acakan.
- Soal
tidak diberi jarak antar nomor.
- Tabel
dalam LKPD terlalu kecil.
- Tidak
ada petunjuk pengerjaan yang jelas.
- Judul
LKPD tidak mencerminkan isi.
- LKPD
terlalu banyak halaman.
- Cover
LKPD tidak menarik.
- Tidak
ada ruang kosong untuk siswa mencatat.
- Simbol
atau ikon di LKPD membingungkan.
- Gambar
pecah atau buram.
- Tidak
ada variasi bentuk soal.
- LKPD
tidak mengikuti format yang seragam.
- Terlalu
banyak soal dalam satu lembar.
🧾 KATEGORI 2: Bahasa dan
Instruksi (20 Masalah)
- Bahasa
dalam LKPD terlalu formal.
- Kata-kata
sulit dipahami siswa.
- Instruksi
tidak jelas harus dikerjakan di mana.
- Perintah
terlalu panjang dan membingungkan.
- Banyak
kata asing yang tidak dijelaskan.
- Kalimat
pertanyaan membingungkan.
- Siswa
salah mengerjakan karena salah paham instruksi.
- Bahasa
tidak sesuai jenjang usia.
- Perintah
tidak sesuai dengan isi soalnya.
- Petunjuk
terlalu umum.
- Tidak
ada contoh pengerjaan.
- Banyak
kalimat pasif, membingungkan siswa.
- Tidak
ada pemisahan antara tugas individu dan kelompok.
- Kata
kerja operasional tidak jelas.
- Banyak
istilah yang tidak familiar bagi siswa.
- Tidak
dijelaskan harus pakai alat/bahan apa.
- LKPD
tidak menunjukkan langkah pengerjaan.
- Tidak
ada penegasan batas waktu pengerjaan.
- Instruksi
ganda dalam satu soal.
- Terlalu
banyak penjelasan dalam satu paragraf.
🎯 KATEGORI 3: Kesesuaian
dengan Tujuan Pembelajaran (20 Masalah)
- LKPD
tidak mengarah ke capaian pembelajaran.
- Tidak
sesuai dengan tujuan yang dicantumkan.
- Kegiatan
tidak menggambarkan kompetensi inti.
- Soal
dalam LKPD tidak mendukung tujuan.
- LKPD
hanya untuk mengisi waktu, bukan belajar.
- Aktivitas
tidak membantu siswa memahami materi.
- LKPD
hanya mengulang buku teks.
- Tidak
ada hubungan antara LKPD dan materi yang diajarkan.
- Tidak
ada bagian untuk refleksi siswa.
- Tidak
sesuai dengan profil pelajar Pancasila.
- LKPD
hanya fokus hafalan, bukan pemahaman.
- Tidak
mengandung unsur penanaman nilai.
- Aktivitas
tidak merangsang berpikir kritis.
- LKPD
tidak sesuai dengan kebutuhan peserta didik.
- Tidak
disesuaikan dengan karakteristik kelas.
- Tidak
ada indikator keberhasilan.
- Tidak
mengembangkan keterampilan abad 21.
- Soal
hanya memunculkan jawaban tunggal.
- Tidak
memungkinkan variasi jawaban.
- LKPD
tidak digunakan sebagai alat penilaian formatif.
📈 KATEGORI 4: Tingkat
Kesulitan (20 Masalah)
- Soal
terlalu sulit untuk level siswa.
- Semua
soal terlalu mudah, tidak menantang.
- Tidak
ada variasi tingkat kesulitan.
- LKPD
membuat siswa cepat bosan.
- Soal
tidak membuat siswa berpikir.
- Tidak
ada soal yang menantang pemahaman.
- Kegiatan
terlalu rumit dan membingungkan.
- LKPD
membuat siswa hanya menyalin.
- Tidak
disesuaikan dengan kemampuan awal siswa.
- Soal
butuh pengetahuan yang belum diajarkan.
- LKPD
tidak memperhatikan diferensiasi belajar.
- Siswa
tidak bisa mengerjakan tanpa bantuan.
- LKPD
tidak memicu diskusi.
- Soal
terlalu panjang, membuat siswa bingung.
- Soal
tidak merangsang rasa ingin tahu.
- Soal
tidak memberi ruang eksplorasi jawaban.
- Tidak
ada soal menengah yang menghubungkan dasar ke lanjutan.
- LKPD
tidak memberikan scaffolding (bantuan bertahap).
- Tidak
disesuaikan dengan gaya belajar siswa.
- Tidak
ada tantangan bertahap dalam pengerjaan.
🙋♀️ KATEGORI 5: Keterlibatan
dan Kemandirian Siswa (20 Masalah)
- Siswa
hanya menyalin jawaban dari teman.
- LKPD
tidak mendorong siswa berpikir mandiri.
- Tidak
ada aktivitas kerja kelompok.
- Tidak
ada bagian eksplorasi siswa sendiri.
- LKPD
tidak membuat siswa aktif.
- LKPD
tidak mengajak siswa untuk bertanya.
- LKPD
terlalu kaku, tidak fleksibel.
- Tidak
mengandung aktivitas kreatif.
- LKPD
tidak ada sesi diskusi atau refleksi.
- Siswa
merasa LKPD hanya formalitas.
- Tidak
ada pertanyaan terbuka.
- LKPD
tidak membuat siswa senang belajar.
- Tidak
ada proyek kecil dalam LKPD.
- Tidak
memanfaatkan pengalaman siswa.
- LKPD
tidak mengajak siswa untuk menilai diri sendiri.
- Tidak
ada kesempatan untuk bekerja sama.
- Tidak
mengembangkan komunikasi antar siswa.
- Tidak
ada aktivitas presentasi atau sharing.
- Siswa
tidak merasa tertantang.
- LKPD
tidak memberi ruang untuk inovasi siswa.