Deep Learning, Kurikulum Baru atau Sekadar Jargon Baru?

7 minute read

بِسْــــــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ
اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ

Assalamualaikum Bapak Ibu Guru

Sebelumnya kami telah membuat konten tentang Deep Learning dari segi historis maupun konsepnya. Sekarang kami memberikan kritikan terhadap Deep Learning

🎁 Dapatkan konten menarik lainnya secara GRATIS:

✅ Ikuti Channel WhatsApp kami: bit.ly/4eXRBI1 
✅ Follow TikTok untuk video edukatif & inspiratif:  

💡 Jangan lupa like, share, dan simpan link ini agar tidak hilang. Semoga bermanfaat dan menjadi amal jariyah kita bersama 🌱


Kritik Implementasi Deep Learning (DL)

Kritik Terhadap Implementasi Deep Learning (DL) dalam Kurikulum

1
Rebranding Konsep Lama tanpa Inovasi Nyata
DL bukan gagasan baru, melainkan rebranding prinsip mindful, meaningful, dan joyful learning yang sudah lama. Hanya label baru tanpa pembaruan substansial.
2
Alat Politik untuk Menjaga Citra dan Melanjutkan Transisi
DL berfungsi sebagai alat politik halus menyempurnakan kurikulum tanpa pengakuan perubahan resmi, menjaga jarak dari kebijakan sebelumnya dan citra pemerintah.
3
Beban Administratif Berlebihan pada Guru
Terminologi DL memicu kebutuhan RPP baru dan pelatihan tambahan, sementara penguasaan DBL belum merata. Guru dibebani administrasi berlebih dan stres meningkat.
4
Ketiadaan Panduan Operasional dan Indikator yang Jelas
Tidak ada pedoman konkret mendefinisikan “belajar mendalam”. Evaluasi masih fokus hafalan sehingga DL hanya jargon tanpa implementasi nyata.
5
Risiko Kebijakan Dangkal (“Shallow Policy”) Tanpa Dukungan Memadai
Tanpa waktu, sumber daya, pelatihan intensif, dan riset lokal, DL berpotensi hanya jadi kebijakan dokumen tanpa dampak nyata.
6
Manfaat Terbatas bagi Guru dan Siswa
Klaim inovasi tidak dirasakan guru dan siswa. Tekanan administratif bertambah, sumber daya minim, pembelajaran masih dominan hafalan.
7
Birokrasi Membunuh Potensi Gagasan Pemahaman Mendalam
Birokrasi berlebihan dan minim ruang refleksi praktik membuat gagasan belajar mendalam gagal diwujudkan di lapangan.
8
Jargon tanpa Implementasi Praktis
DL sering jadi jargon tanpa pelatihan dan panduan jelas, sehingga guru sulit menerjemahkan ke praktik efektif.
9
Pelatihan Tidak Memadai Menghambat Perubahan Mindset
DL butuh mindset dan kompetensi baru, tapi pelatihan tidak mencukupi, menjadikannya beban tambahan.
10
Ketidakjelasan Evaluasi dan Penilaian DL
Instrumen penilaian belum mampu mengukur keberhasilan DL secara objektif, evaluasi jadi tidak terarah.
11
Perubahan Terminologi yang Berulang Mengaburkan Fokus Pendidikan
Seringnya istilah berubah membuat guru dan sekolah kehilangan fokus pada perbaikan pembelajaran yang nyata dan berkelanjutan.

┈••✦☪︎✦••┈🕋┈••✦☪︎✦••┈

DUKUNG blog ini klik 👉 

Jika ingin memberi kritik, saran atau berbagi informasi ke kami, silahkan hubungi kami melalui
Email: ubaygurupai2021@gmail.com 
Klik 👉 Grup Guru PAI
Jangan lupa untuk mengisi 👉 
Yuk baca 👉 

#buttons=(Accept !) #days=(20)

Our website uses cookies to enhance your experience. Learn More
Accept !
To Top