بِسْــــــــــــــــــمِ اللهِ الرَّØْÙ…َÙ†ِ الرَّØِÙŠْÙ…ِ
اللَّÙ‡ُÙ…َّ صَÙ„ِّ عَÙ„َÙ‰ Ù…ُØَÙ…َّدٍ
A. Mengapa Komunikasi Positif Penting Bagi Anak?
- Bayi berkomunikasi dengan ibu terjadi mulai bulan – bulan pertama, melalui senyuman, tangisan ekspresi wajah, atau pola tingkah.
- Perkembangan pribadi anak, tergantung dari komunikasi ortu terhadap anak
- Menentukan tingkat kualitas IQ anak kelak
- Menentukan kemampuan anak dalam pengendalian emosi
- Kesuksesan orang ditentukan 20% IQ, 80% pengendalian emosi
B. Contoh Komunikasi Negatif Ortu Ke Anak
- Dengan kata-kata negative. Contoh : dasar anak bodoh!, dasar anak nakal!, kamu tak mungkin bisa!.
- Kata-kata negative yang diterima anak, akan selalu diingat. Sehingga ketika anak menghadapi suatu permasalahan, akan cepat putus asa. Dan meng”iya”kan perkataan orang tuanya. “memang benar kata ibu, aku anak bodoh”
- Jarang berdialog
- Jarang mengajak anak bermain dan menjelajah lingkungan
- Serba membolehkan
- Lebih sering menghukum dibanding mengasihi
- Memberi hukuman tidak konsisten dan kontinyu
- Mudah menuduh
C. Penyebab Ortu Melakukan Komunikasi Negatif Dengan Anak
Karena ketidaktahuan ortu, tentang manfaat berkomunikasi positive terhadap anak
Pola komunikasi yang “gagal” dengan pasangannya
Suasana emosi yang menekan / depresi
D. Contoh Komunikasi Positif Ortu Terhadap Anak
1. Dengan kata-kata positif
Contoh : wah anak papa yang hebat, kamu pasti bisa, ibu percaya padamu
Jika lebih sering dilakukan, anak akan selalu merekam perkataan. Dan mewujudkan ke dalam pribadinya. “aku anak hebat, aku pasti bisa!”
2. Dengan kata-kata “empatis”
Yaitu : melibatkan perasaan anak dengan perasaan orang lain
Contoh : jangan pukul Andi, kasian sakit. Bagaimana kalau kamu yang dipukul. Sakit kan?
3. Dengan kata-kata “responsive”
Yaitu : membuat anak melaksanakan sesuatu atas dasar kesadaran, bukan paksaan
Contoh : katanya mau belajar? Ayo mandi
4. Dengan kata-kata “motivasi”
Contoh : ibu tidak bangga nilaimu 10 kalau mencontek. Ibu lebih senang jika nilaimu 7 tapi jujur
5. Puji “kelebihan” dan “keberhasilan” yang dicapai anak
Contoh : kamu memang anak pintar, makan tanpa disuapi ibu.
6. Puji “kegagalan” anak
Contoh : walaupun nilaimu jelek, ibu tetap bangga padamu, karena kamu sudah berusaha serius
7. Sering mengkisahkan keteladan Rasulullah SAW, Sahabat2, Ulama, Pahlawan atau Kisah baik lainnya
8. Dukung bakatnya dan jangan memaksakan bakat
9. Dengarkan pendapat anak
10. Tidak mudah menghakimi anak
Yaitu : lebih banyak menilai sisi positif anak, sehingga anak tidak takut terbuka
11. Seimbang antara memberi kebebasan dan pembatasan
12. Mendesain lingkungan mainan anak yang menarik
13. Menyediakan waktu luang untuk berinteraksi
14. Jadi Teladan Yang Baik / Uswatun Khasanah
Dan yang tidak kalah pentingnya adalah senantiasa mendoakan anak, sebagaimana do'a keluarga di Alqur'an kebanyakan adalah do'anya Nabi Ibrahim, wajar saja Alloh memberikan keturunan sholeh/a, bahkan mayoritas nabi dari keturunannya.
E. 4 Tipe Orang Tua
1. Orang Tua Otoriter dan Agresif
Cirri-ciri : sering marah melebihi batas wajar, kadang menghukum fisik
Dampak : anak patuh karena rasa takut, menjadi anak yang anti social, dan pemberontak
2. Orangtua Pasif
Cirri-ciri : mengartikan kasih saying dengan mengabulkan segala kemauan anak
Dampak : anak berperilaku semaunya
3. Orangtua Manipulatif
Cirri-ciri : membandingkan anak dengan yang lain, menakuti, mengancam anak agar patuh
Dampak : anak tidak berdaya dan tidak percaya diri
4. Orangtua Demokratis dan Asertif
Cirri-ciri : - sikap tegas, percaya diri, terbuka, member penghargaan kepada anak berupa pujian atau hadiah
ringkasan buku THE ART OF POSITIVE COMMUNICATING ( Savitri Ramadhani)
Alhamdulillah
Wallohu a’laM