بِسْمِ ٱللَّهِ ٱلرَّحْمَٰنِ ٱلرَّحِيمِ
ٱللَّهُمَّ صَلِّ عَلَىٰ مُحَمَّدٍ
Tugas Mandiri Modul Profesional PPG Madrasah 2025
Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah (PGMI)
Peta Konsep dan Miskonsepsi
1. Peta Konsep / Gagasan Utama
Bahasa Indonesia di MI
Bahasa Indonesia berfungsi sebagai alat komunikasi, pembentuk karakter, dan sarana berpikir kritis. Pembelajaran di MI tidak hanya melatih keterampilan berbahasa (menyimak, berbicara, membaca, menulis), tetapi juga mengembangkan kemampuan kognitif dan apresiasi sastra.
PPKn di MI
PPKn membentuk warga negara yang beriman, bertakwa, dan berakhlak mulia dengan menanamkan nilai demokrasi, toleransi, dan tanggung jawab. PPKn juga menjadi wahana pembelajaran tentang hak dan kewajiban warga negara dalam bingkai Pancasila dan UUD 1945.
IPA di MI
IPA berfokus pada pembentukan sikap ilmiah, keterampilan proses sains, dan pemahaman konsep-konsep alam. Pembelajaran IPA menekankan observasi, eksperimen, serta pengaitan dengan fenomena sehari-hari agar siswa mampu berpikir logis, kritis, dan kreatif.
IPS di MI
IPS membantu siswa memahami kehidupan sosial, sejarah, dan budaya. Melalui IPS, siswa dikenalkan pada nilai kebangsaan, toleransi, dan solidaritas. Dengan pendekatan tematik, IPS mendidik siswa agar peka terhadap lingkungan sosialnya.
Matematika, Tematik, Karakter & Moderasi
Matematika membekali keterampilan berpikir logis, sistematis, dan pemecahan masalah. Pembelajaran tematik mengintegrasikan berbagai mata pelajaran dalam konteks nyata. Pendidikan karakter dan moderasi beragama ditekankan agar siswa tidak hanya cerdas secara intelektual, tetapi juga berakhlak mulia, toleran, dan siap hidup dalam masyarakat majemuk.
2. Miskonsepsi
- Bahasa Indonesia sering dianggap hanya teori tata bahasa, padahal esensinya melatih komunikasi efektif.
- PPKn dipersepsikan sekadar hafalan sila Pancasila, bukan pembiasaan sikap demokratis dan toleran.
- IPA sering dipahami hanya kumpulan teori, padahal menekankan pada proses ilmiah dan keterampilan berpikir kritis.
- IPS disalahpahami sebatas hafalan sejarah, padahal bertujuan membangun kesadaran sosial dan nasionalisme.
- Matematika sering dikira hanya hitung-menghitung, padahal menanamkan cara berpikir logis.
- Pembelajaran Tematik dianggap campur aduk tanpa arah, padahal dirancang agar siswa belajar secara utuh dan bermakna.
- Pendidikan Karakter disalahpahami cukup dengan ceramah moral, padahal harus melalui keteladanan dan pembiasaan.
- Moderasi Beragama kerap disalahartikan sebagai mencampuradukkan agama, padahal hakikatnya adalah sikap adil, toleran, dan menolak ekstremisme.
Aqidah Akhlak
Peta Konsep dan Miskonsepsi
1. Peta Konsep / Gagasan Utama
Akidah Islam
Akidah adalah keyakinan pokok seorang muslim terhadap rukun iman. Ia menjadi dasar dari seluruh amal ibadah. Akidah yang benar akan melahirkan ketaatan kepada Allah dan menjadi fondasi perilaku seorang mukmin.
Asmaul Husna
Asmaul Husna mencerminkan sifat-sifat Allah yang agung. Dengan mengenal, menghafal, dan mengamalkannya, seorang muslim dapat meneladani nilai-nilai ketuhanan seperti kasih sayang, keadilan, dan kebijaksanaan dalam kehidupan sehari-hari.
Akhlak Mahmudah & Mazmumah
Akhlak mahmudah (terpuji) seperti jujur, sabar, tawakal, dan rendah hati menjadi indikator kesempurnaan iman. Sebaliknya, akhlak mazmumah (tercela) seperti sombong, iri, dengki, dan bohong harus dihindari.
Ilmu Kalam & Tasawuf
Ilmu Kalam mengajarkan cara berpikir rasional tentang keyakinan (tauhid, qadha-qadar, sifat Allah). Tasawuf menekankan dimensi spiritual, dengan tokoh-tokoh besar yang mengajarkan nilai zuhud, ikhlas, dan cinta kepada Allah.
Pendidikan Nilai, Karakter & Moderasi
Pendidikan nilai dan karakter melatih peserta didik untuk menginternalisasi ajaran Islam dalam kehidupan. Moderasi beragama menanamkan sikap tengah, adil, dan toleran dalam menghadapi perbedaan, sehingga membangun harmoni dalam masyarakat.
2. Miskonsepsi
- Akidah sering disalahpahami cukup diyakini dalam hati, padahal harus tercermin dalam amal.
- Asmaul Husna dianggap sekadar hafalan nama, padahal hakikatnya untuk diteladani dalam kehidupan.
- Akhlak dipersepsikan hanya terkait ibadah ritual, padahal mencakup seluruh perilaku sosial.
- Iman dianggap statis, padahal dapat bertambah dengan ketaatan dan berkurang dengan maksiat.
- Ilmu Kalam sering dianggap sekadar perdebatan filsafat, padahal memperkuat akidah dengan akal.
- Tasawuf sering disalahartikan sebagai menjauhi dunia, padahal sejatinya mengajarkan keseimbangan spiritual dan sosial.
- Pendidikan Karakter dianggap selesai dengan teori, padahal harus diwujudkan dalam teladan nyata.
- Moderasi Beragama disalahartikan sebagai kompromi ajaran, padahal maknanya menjaga keseimbangan dalam praktik beragama.
Fikih
Peta Konsep dan Miskonsepsi
1. Peta Konsep / Gagasan Utama
Zakat Pertanian dan Hasil Tanah
Fikih menjelaskan kewajiban zakat atas hasil pertanian. Perdebatan muncul terkait tanah yang disewakan, apakah zakat ditanggung pemilik tanah atau penggarap. Mayoritas ulama berpendapat penggaraplah yang wajib menunaikannya, sebab ia yang memperoleh hasil panen. Hal ini menegaskan prinsip keadilan dalam fikih.
Penyaluran Zakat
Fikih menegaskan bahwa zakat memiliki delapan golongan penerima (asnaf). Topik ini sering menimbulkan perdebatan ketika ada gagasan menyalurkan zakat untuk pembangunan masjid. Mayoritas ulama menolak karena masjid bukan termasuk mustahiq, sehingga zakat harus fokus pada kesejahteraan fakir miskin dan kelompok lain yang berhak.
Pernikahan dalam Islam
Fikih memberi aturan rinci tentang pernikahan, termasuk monogami, poligami, hingga isu nikah mut’ah. Monogami dianjurkan, sementara poligami dibolehkan dengan syarat sangat ketat: keadilan, kemampuan finansial, dan menjaga kemaslahatan keluarga. Adapun nikah mut’ah dianggap tidak sah karena bertentangan dengan tujuan pernikahan yang mulia.
Ekonomi Islam dan Riba
Riba dilarang keras dalam Islam karena merugikan salah satu pihak. Diskusi kontemporer muncul soal bunga bank, apakah termasuk riba atau tidak. Perbedaan pendapat ulama melahirkan sistem ekonomi syariah sebagai alternatif. Hal ini menunjukkan fleksibilitas fikih dalam menjawab tantangan zaman dengan tetap berpegang pada prinsip syariat.
Pemerintahan Islam dan Moderasi
Fikih juga membahas tata kelola pemerintahan yang Islami, dengan prinsip keadilan, musyawarah, dan kemaslahatan rakyat. Bentuk pemerintahan Islam tidak tunggal (misalnya khilafah), melainkan fleksibel sesuai konteks zaman. Moderasi beragama juga penting agar umat tidak terjebak pada ekstremisme, melainkan menampilkan Islam sebagai rahmat bagi seluruh alam.
2. Miskonsepsi
- Mengira zakat tanah sewaan wajib ditanggung pemilik tanah, padahal kewajiban ada pada penggarap.
- Menganggap zakat boleh digunakan untuk pembangunan masjid, padahal mayoritas ulama menegaskan tidak termasuk asnaf.
- Poligami dipandang bebas dilakukan, padahal syaratnya sangat berat dan jarang bisa dipenuhi.
- Salah paham bahwa bunga bank sama dengan keuntungan usaha, padahal riba berbeda secara prinsip hukum Islam.
- Menganggap pemerintahan Islam hanya sah jika berbentuk khilafah tunggal, padahal bentuk pemerintahan fleksibel selama menegakkan keadilan.
Qur'an Hadis
Peta Konsep dan Miskonsepsi
1. Peta Konsep / Gagasan Utama
Al-Qur’an sebagai Pedoman Hidup
Al-Qur’an adalah petunjuk hidup yang mengatur hubungan manusia dengan Allah, sesama, dan alam. Dengan menjadikannya pedoman, umat Islam mendapatkan arah yang jelas dalam menghadapi tantangan zaman.
Ilmu Tajwid dan Kualitas Bacaan
Membaca Al-Qur’an harus dengan tajwid agar makna tidak salah. Tajwid menjaga bacaan, memperindah lantunan, sekaligus menambah kekhusyukan ibadah.
Asbabun Nuzul (Sebab Turun Ayat)
Asbabun nuzul memberi konteks sosial-historis turunnya ayat, sehingga penafsiran tidak keliru. Dengan ini, umat Islam bisa memahami makna Al-Qur’an lebih luas dan mendalam.
Hadis sebagai Sumber Hukum Kedua
Hadis melengkapi Al-Qur’an, menjelaskan ayat global, serta menjadi teladan praktis Nabi. Dengan demikian, keduanya menjadi pedoman hidup yang utuh.
Akhlak Qur’ani dan Larangan Perbuatan Tercela
Al-Qur’an dan hadis menekankan akhlak mulia seperti jujur, amanah, dan kasih sayang, sekaligus melarang ghibah, iri hati, dan sombong. Dengan akhlak Qur’ani, Islam menjadi rahmat bagi semesta.
2. Miskonsepsi
- Membaca Al-Qur’an tanpa tajwid dianggap cukup, padahal bisa mengubah arti.
- Asbabun nuzul dianggap hanya cerita tambahan, padahal kunci memahami konteks ayat.
- Semua hadis dhaif dianggap tidak bisa dipakai, padahal dalam targhib wa tarhib sebagian masih digunakan.
- Akhlak sering dipersempit hanya pada ibadah ritual, padahal mencakup juga hubungan sosial.
- Penafsiran ayat dilakukan secara tekstual tanpa memahami konteks, yang bisa memunculkan paham ekstrem.
Sejarah Kebudayaan Islam (SKI)
Peta Konsep dan Miskonsepsi
1. Peta Konsep / Gagasan Utama
Kelahiran & Dakwah Nabi Muhammad di Mekah
Rasulullah berdakwah dengan sabar, menekankan tauhid, keadilan, dan persaudaraan, meski mendapat penentangan dari Quraisy.
Hijrah Nabi ke Madinah
Hijrah sebagai strategi dakwah sekaligus titik awal pembentukan masyarakat Islam dengan Piagam Madinah sebagai dasar konstitusi.
Perjuangan Nabi & Sahabat dalam Perang Badar, Uhud, dan Khandaq
Perang ini mengajarkan strategi, kesabaran, dan tawakkal kepada Allah.
Kepemimpinan Khulafaur Rasyidin
Abu Bakar menjaga persatuan umat, Umar menegakkan keadilan, Utsman berjasa dalam kodifikasi mushaf, Ali menekankan keberanian dan ilmu.
Perkembangan Peradaban Islam
Islam menyebar ke Syam, Persia, Mesir, Afrika Utara, dan Andalusia, melahirkan kemajuan dalam ilmu, seni, budaya, dan pemerintahan.
2. Miskonsepsi
- SKI dianggap hanya hafalan nama dan tahun, padahal esensinya adalah keteladanan.
- Anggapan bahwa Islam menyebar hanya dengan peperangan, padahal banyak melalui akhlak, perdagangan, dan dakwah damai.
- Khulafaur Rasyidin dipahami hanya sebagai pemimpin politik, padahal kepemimpinan mereka sarat nilai moral.
- Perang dipahami hanya kemenangan fisik, padahal banyak hikmah pendidikan akhlak dan strategi.
- Penyebaran Islam ke luar Jazirah Arab disalahpahami sebagai kolonialisasi, padahal disertai transfer ilmu dan budaya.
Bahasa Arab
Peta Konsep dan Miskonsepsi
1. Peta Konsep / Gagasan Utama
Ilmu Sharaf (Morfologi Arab)
Membahas perubahan bentuk kata kerja (fi‘il) dan kata benda (isim). Contoh: كتب → يكتب → كتابة. Hal ini penting untuk memahami makna dalam Al-Qur’an maupun teks modern.
Ilmu Nahwu (Sintaksis Arab)
Mengatur posisi kata dalam kalimat (i‘rab) agar struktur kalimat benar. Misalnya perbedaan subjek (marfu‘), objek (manshub), dan keterangan (majrur).
Ilmu Balaghah (Retorika)
Menekankan aspek keindahan bahasa: bayan (kejelasan), ma‘ani (makna), badi‘ (gaya bahasa). Balaghah membuat bahasa lebih persuasif dan menyentuh hati.
Maharatul Lughah (Keterampilan Bahasa)
Meliputi mendengar, berbicara, membaca, menulis. Contoh: latihan mendengar percakapan sederhana, menulis kalimat pendek, membaca teks Arab, lalu mempraktikkannya dalam percakapan.
Strategi Pembelajaran Bahasa Arab Kontemporer
Pembelajaran tidak lagi kaku. Bisa menggunakan media digital (lagu Arab, video interaktif, aplikasi kosakata) untuk membuat bahasa Arab hidup dan menarik di kelas.
2. Miskonsepsi
- Mengira bahasa Arab hanya dipelajari untuk membaca Al-Qur’an, padahal juga penting untuk komunikasi.
- Kosakata dihafal tanpa konteks → siswa jadi tidak bisa menggunakannya dalam kalimat.
- Balaghah disangka hanya sastra tinggi, padahal juga dipakai dalam komunikasi sehari-hari (iklan, khutbah, ceramah).
- Menganggap keterampilan bahasa cukup teori, padahal harus praktik langsung.
- Anggapan “bahasa Arab itu sulit”, padahal dengan metode bertahap dan media kreatif bisa menyenangkan.
Pendidikan Guru Raudhatul Athfal (PGRA)
Peta Konsep dan Miskonsepsi
1. Peta Konsep / Gagasan Utama
Hakikat Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) dalam Islam
Anak lahir dengan fitrah yang suci. Pendidikan usia dini penting untuk menanamkan tauhid, akhlak, dan ibadah sejak kecil. Nabi bersabda: “Setiap anak dilahirkan dalam keadaan fitrah…”.
Tahapan Perkembangan Anak Usia Dini
Perkembangan anak mencakup kognitif, afektif, sosial-emosional, bahasa, motorik halus & kasar. Guru RA perlu memahami agar pembelajaran sesuai tahap usia.
Kurikulum Raudhatul Athfal
Kurikulum RA bersifat integratif, mencakup aspek agama, moral, sosial, seni, bahasa, serta kemandirian. Tidak hanya akademik, tapi juga keterampilan hidup.
Metode & Strategi Pembelajaran di RA
Bermain adalah inti belajar. Melalui bernyanyi, bercerita, permainan peran, eksperimen sederhana, anak belajar sambil bergembira.
Asesmen & Peran Guru RA
Penilaian lebih menekankan observasi, catatan anekdot, portofolio. Guru bukan hanya penyampai materi, tetapi teladan akhlak, pembimbing emosional, dan mitra orang tua.
2. Miskonsepsi
- PAUD dianggap hanya tempat penitipan anak, padahal berfungsi membentuk karakter Islami.
- Kurikulum RA disamakan dengan SD mini, padahal tujuannya stimulasi perkembangan, bukan calistung dini.
- Bermain dianggap sekadar hiburan, padahal inti dari strategi pembelajaran usia dini.
- Guru RA sering dianggap hanya “pengasuh”, padahal mereka pendidik profesional yang butuh kompetensi khusus.
- Penilaian di RA dikira harus berupa angka, padahal lebih tepat berupa deskripsi naratif dan portofolio.
🎯 Mau Diajari Trik Membuat Tugas Mandiri?
🎯 Hubungi via WhatsApp: 0851-6155-0093Pertanyaan yang Sering Diajukan (FAQ)
Apa itu tugas mandiri modul profesional PPG?
Tugas mandiri adalah bagian dari pembelajaran PPG yang harus dikerjakan secara individu untuk menguji pemahaman terhadap materi modul profesional.
Berapa banyak topik yang harus dipelajari?
Setiap mata pelajaran memiliki 8 topik utama yang mencakup peta konsep dan identifikasi miskonsepsi.
Bagaimana cara mengidentifikasi miskonsepsi?
Miskonsepsi dapat diidentifikasi dengan membandingkan pemahaman umum dengan konsep yang benar menurut teori dan praktik yang tepat.
Ayo Gabung ke Bimbel Kami!
Dapatkan trik dan bimbingan intensif untuk sukses di PPG Kemenag 2025
