بِسْــــــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ
اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ
Literasi Finansial Menuju Indonesia Emas 2045
Literasi Finansial Menuju Indonesia Emas 2045
- Indonesia menargetkan menjadi negara maju pada 2045, namun menghadapi tantangan besar berupa rendahnya literasi finansial.
- Anak muda menjadi kelompok paling rentan terhadap pinjaman online (pinjol) dan judi online (judol).
- Data Desember 2023 menunjukkan 18,07 juta pengguna pinjol aktif dengan nilai pinjaman Rp59,64 triliun.
- Kredit macet terbanyak berasal dari usia 19–34 tahun (Rp730 miliar).
- Mahasiswa dan pelajar banyak menjadi korban investasi bodong dan penipuan keuangan digital.
- Rendahnya Literasi Finansial
- Skor literasi keuangan Indonesia masih di bawah rata-rata global (60).
- Survei OJK 2022 mencatat:
- Tingkat literasi: 49,68%.
- Inklusi keuangan: 85,10%.
- Ada kesenjangan antarwilayah dan provinsi.
- Pengambilan Keputusan Keuangan yang Buruk
- Tingkat tabungan nasional hanya 36% dari PDB.
- Banyak masyarakat bersikap konsumtif dan minim perencanaan keuangan.
- Investasi sering dilakukan tanpa pemahaman, menyebabkan kerugian.
- Tingkat Utang yang Tinggi
- Budaya FOMO dan belanja daring mendorong gaya hidup boros.
- Masyarakat terjebak dalam:
- Rentenir, bank keliling.
- Pinjol ilegal.
- Judi online (termasuk anak-anak).
- Tahun 2023 tercatat 4 juta pemain judol dengan total transaksi Rp327 triliun.
- Krisis Keuangan Pribadi
- Utang yang menumpuk memicu tekanan psikologis berat.
- Tahun 2023 terjadi 25 kasus bunuh diri akibat pinjol.
- Rantai masalah: literasi rendah → keputusan keliru → krisis pribadi.
- Perputaran Uang Melambat dan Mengecil
- Produk BNPL (cicilan) tumbuh pesat, bunga 2,95–6,75% per bulan.
- Uang habis untuk konsumsi, bukan produktivitas.
- Menurunnya daya tabung dan investasi memperlambat ekonomi.
- Dampak Makroekonomi
- Literasi finansial rendah menurunkan minat investasi.
- Lapangan kerja terbatas, pertumbuhan ekonomi terhambat.
- Padahal, 1% kenaikan investasi bisa menumbuhkan ekonomi 1,339%.
- Penurunan Pendapatan dan Kesejahteraan
- Kesempatan mengumpulkan modal usaha semakin kecil.
- Dunia usaha enggan ekspansi.
- Pendapatan rumah tangga turun → konsumsi menurun → kesejahteraan ikut anjlok.
- Empat pilar Indonesia Emas adalah:
- Pembangunan manusia & penguasaan IPTEK.
- Ekonomi berkelanjutan.
- Pemerataan pembangunan.
- Ketahanan nasional & tata kelola pemerintahan.
- Semua pilar itu membutuhkan pondasi: literasi finansial yang kokoh.
- Jika masyarakat tidak paham mengelola uang, maka:
- Struktur ekonomi jadi rapuh.
- Generasi muda akan gagal memanfaatkan peluang bonus demografi.
- Kuncinya: literasi finansial harus diajarkan sejak dini, menjadi bagian dari pendidikan formal dan keluarga.
- Krisis Finansial Global
- Krisis ekonomi 2008 menyadarkan dunia akan pentingnya literasi finansial.
- OECD mengembangkan PISA Financial Literacy untuk remaja usia 15 tahun.
- Skor Indonesia dalam literasi keuangan masih rendah dibanding rata-rata global.
- Bank Dunia mendorong kurikulum literasi keuangan di sekolah dan universitas.
- Kemampuan finansial dibutuhkan dalam menghadapi krisis multidimensi.
- Literasi Finansial Merupakan Hak Anak
- Berdasarkan Konvensi PBB tentang Hak Anak:
- Pasal 28: Hak atas pendidikan berkualitas.
- Pasal 29: Pendidikan yang mempersiapkan anak menjadi warga aktif dan bertanggung jawab.
- Literasi keuangan mendasar untuk mempersiapkan generasi mandiri dan sadar risiko.
- Urgensi Dasar Hukum
- UU No. 4 Tahun 2023 menegaskan pentingnya literasi, inklusi, dan perlindungan konsumen.
- Pendidikan literasi finansial memperkuat pengambilan keputusan keuangan sejak dini.
- Tujuan Umum
- Meningkatkan pengetahuan, keterampilan, dan sikap dalam pengelolaan keuangan.
- Mendorong kesejahteraan individu dan stabilitas ekonomi nasional.
- Mempersiapkan peserta didik menghadapi dunia kerja dan persaingan global.
- Tujuan Khusus (Adaptasi dari OECD)
- Membiasakan pengelolaan sumber daya (uang, waktu, tenaga) secara bijak.
- Mengembangkan kemampuan membuat keputusan keuangan yang bertanggung jawab.
- Menanamkan karakter disiplin, jujur, dan tangguh secara finansial.
- Pentingnya Diajarkan Sejak Dini
- Masa anak-anak adalah periode emas pembentukan kebiasaan finansial.
- Pembelajaran sejak dini membantu pencegahan masalah utang dan konsumtif di masa dewasa.
- Pancasila
- Literasi finansial diarahkan untuk membentuk profil pelajar Pancasila: mandiri, bertanggung jawab, dan peduli sosial.
- Ilmu Pengetahuan dan Praktik Nyata
- Belajar melalui pengalaman langsung yang kontekstual dan menyenangkan.
- Menerapkan langsung dalam kehidupan sehari-hari.
- Tepat Sasaran, Adaptif, dan Kontekstual
- Menyesuaikan materi dengan konteks lokal dan global.
- Menciptakan akses pendidikan yang merata dan adil.
- Rinci dan Komprehensif
- Mencakup berbagai aspek keuangan, dari memperoleh penghasilan hingga perlindungan risiko.
- Memperoleh Penghasilan
- Mengenal berbagai sumber penghasilan dan jenis pekerjaan.
- Menumbuhkan sikap produktif sejak dini.
- Sub-elemen:
- Cara memperoleh penghasilan dengan benar dan etis.
- Kewajiban terhadap penghasilan (zakat, pajak, infak, dll).
- Mengelola Anggaran, Pembelanjaan, dan Utang
- Merancang anggaran: prioritas belanja, menabung, berbagi.
- Menumbuhkan kebiasaan belanja bijak dan utang sehat.
- Sub-elemen:
- Membuat anggaran berdasarkan kebutuhan dan pendapatan.
- Mengevaluasi dan mengendalikan pengeluaran.
- Membiasakan berbagi dalam kapasitas yang sesuai.
- Memahami tanggung jawab dalam berutang.
- Menyisihkan Penghasilan
- Memahami pentingnya menabung dan investasi untuk masa depan.
- Mengenal risiko inflasi dan pentingnya diversifikasi.
- Sub-elemen:
- Menabung untuk kebutuhan mendesak dan rencana masa depan.
- Mengenal bentuk investasi sederhana yang sesuai usia.
- Mengelola Risiko dan Masa Darurat
- Mengenali jenis risiko keuangan dalam kehidupan sehari-hari.
- Mengetahui cara melindungi diri (asuransi, dana darurat, perlindungan data pribadi).
- Sub-elemen:
- Mengenal risiko dan strategi perlindungan keuangan.
- Waspada terhadap penipuan dan penyalahgunaan data keuangan.
Fase |
Fokus Kompetensi |
Fondasi (PAUD) |
Mengenal konsep uang, simbol, dan benda tukar sederhana. |
A |
Mengidentifikasi profesi dan melakukan transaksi kecil. |
B |
Memahami penghasilan, tabungan, dan dasar perencanaan. |
C |
Membuat simulasi perencanaan usaha atau cita-cita karier. |
D |
Riset jenis pekerjaan dan langkah pengembangan diri. |
E |
Menganalisis peluang usaha dan kesiapan kerja. |
F |
Menyusun strategi karier dan investasi diri jangka panjang. |
- Budaya sadar finansial penting bagi kesejahteraan individu dan ekonomi nasional, dan harus diajarkan sejak dini.
- Literasi finansial mencakup pengelolaan penghasilan, menabung, investasi, dan kesiapan menghadapi darurat.
- Pemimpin pendidikan berperan strategis membangun kesadaran finansial lewat visi, urgensi, dan transformasi perilaku.
- Implementasi literasi dilakukan dalam intra-, kokurikuler, dan ekstrakurikuler.
- Pendekatan PKBA: memanfaatkan aset sekolah (nilai, jejaring, norma) agar program berkelanjutan.
- Kurikulum Satuan Pendidikan (KSP) menjadi wadah strategis integrasi literasi finansial ke dalam pengalaman belajar.
- Semua warga sekolah (guru, siswa, tenaga kependidikan) harus terlibat kolektif membangun budaya finansial.
- KSP harus kontekstual, esensial, dan akuntabel sesuai karakter peserta didik dan lingkungan.
- Contoh praktik baik:
- SMA 1 Wangon: guru main gim jadi manajer keuangan.
- SDN Tambakromo 1 Ngawi: budaya menabung sejak dini.
- Kasus waspada: penyalahgunaan tabungan siswa.
- Langkah awal: analisis karakteristik peserta, pendidik, dan kondisi sosial ekonomi melalui rapor pendidikan.
- Masalah umum:
- Maraknya pinjol, judol, dan penipuan keuangan.
- Gaya hidup konsumtif.
- Keterbatasan infrastruktur digital.
- Empat komponen utama KSP:
- Analisis konteks.
- Rumusan visi-misi.
- Pengorganisasian pembelajaran.
- Perencanaan berbasis kehidupan nyata.
- Langkah integrasi:
- Tentukan kompetensi.
- Gunakan pendekatan kontekstual & menyenangkan.
- Lakukan praktik langsung (misal: pekan wirausaha).
- Libatkan pemangku kepentingan.
- Pelibatan seluruh warga sekolah penting sejak perencanaan agar sesuai kebutuhan nyata satuan pendidikan.
- Pemimpin sekolah harus membuka ruang kontribusi dan partisipasi aktif warga, termasuk orang tua dan masyarakat.
- Contoh praktik baik:
- SMP Karya Bangsa: menetapkan visi "Satuan Pendidikan Sadar Finansial yang Mandiri dan Berdaya".
- Program pembelajaran tematik: matematika → “pakar anggaran”, IPS → studi kasus keluarga.
- Dampak: numerasi meningkat, pembelajaran lebih hidup, warga sekolah lebih siap finansial.
- Pemetaan Risiko dan Dampak:
- Akses keuangan rendah, banyak terjerat utang, pengaruh media sosial tinggi.
- Risiko: ketergantungan utang, tekanan psikologis, paparan konsumtif.
- Respons: edukasi keuangan, dorong menabung, verifikasi info, libatkan komunitas.
- Pemetaan Modal Pendukung:
- Manusia: pelatihan guru, simulasi praktik.
- Sosial: komite aktif, kerja sama antarwarga.
- Politik: kebijakan dan aturan akuntabel.
- Agama & Budaya: ajaran zakat, budaya arisan.
- Fisik: koperasi, kantin, media pembelajaran.
- Lingkungan: kebun/sekolah jadi laboratorium hidup.
- Finansial: BOS, CSR, sponsor untuk program kewirausahaan.
- Peserta Didik:
- Kegiatan intra-, ko-, ekstra-kurikuler.
- Klub bisnis, pekan wirausaha, simulasi jual beli.
- Pendidik & Tendik:
- Belajar mandiri, pelatihan, proyek kewirausahaan bersama peserta didik.
- Kolaborasi dengan orang tua.
- Orang Tua:
- Ajarkan kebutuhan vs keinginan.
- Biasakan anak diskusi uang, menabung, dan bermain edukatif (monopoli, simulasi).
- Kemitraan & Komunitas:
- Edukasi oleh bank/lembaga keuangan.
- Kunjungan ke bank/pasar modal.
- Tabel Ide Kebijakan Berdasarkan Elemen Literasi Finansial:
Elemen |
Ide Kebijakan Praktis |
Memperoleh Penghasilan |
Pekan wirausaha: analisis pasar, harga, praktik jual |
Mengelola Anggaran |
Rencana kegiatan & organisasi, tabungan edukatif |
Menyisihkan Penghasilan |
Program tabungan rutin, donasi barang bekas |
Mengelola Risiko & Darurat |
Drama krisis keuangan, pentingnya dana darurat |
- Literasi finansial masih asing dan rumit bagi banyak orang, termasuk pendidik.
- Semua individu, termasuk guru, bisa menjadi agen perubahan (Donella Meadows, 1999).
- Pendidik perlu memahami akar masalah, dampak, dan solusi literasi finansial.
- Prinsip PINTAR: ajarkan tidak hanya teori, tapi juga sentuh emosi dan bangun kepercayaan diri siswa.
- Intrakurikuler: masuk dalam capaian pembelajaran & konteks isu.
- Kokurikuler: dikaitkan dengan tema P5 (Profil Pelajar Pancasila).
- Ekstrakurikuler: lewat klub, kegiatan tematik, dan proyek kewirausahaan.
- Pahami peta kompetensi (penghasilan, anggaran, utang, risiko, tabungan).
- Pilih kompetensi sesuai kebutuhan peserta didik.
- Tentukan mata pelajaran paling relevan (misal: Matematika & IPS).
- Rancang pembelajaran berbasis Capaian dan ATP.
- Terapkan pembelajaran menyenangkan berbasis prinsip PINTAR.
- IPS: memperoleh penghasilan secara sah, peran negara & warga.
- Matematika: menyusun anggaran, belanja bijak, utang bertanggung jawab.
- Konsep terhubung: transaksi ekonomi, nilai sosial, evaluasi pengeluaran.
- Ekonomi: ketenagakerjaan, ekonomi digital.
- IPAS: nilai mata uang.
- Bahasa Indonesia: teks visual/informasi finansial.
- STEAM: kesadaran bilangan & praktik keuangan sehari-hari.
- PKBM Insan Cerdas: program “Entrepreneur Journey” ajarkan manajemen keuangan nyata.
- Kasus Pencurian Uang Kas Sekolah: pengingat bahwa tanpa karakter, literasi finansial hanya jadi teori.
- Kegiatan P5 memperkuat pembelajaran finansial secara kolaboratif & berbasis masalah nyata.
- Cocok untuk semua jenjang, termasuk pendidikan kesetaraan.
- 4 tahap pengembangan:
- Awal → pakai modul PMM.
- Berkembang → modifikasi.
- Siap → kembangkan mandiri.
- Mahir → rancang baru dari nol.
- Memperoleh penghasilan.
- Mengelola anggaran & utang.
- Menyisihkan penghasilan (tabungan, investasi).
- Menghadapi risiko keuangan.
Jenjang |
Fase |
Topik |
Penjelasan |
PAUD |
– |
Aku Cerdas dan Bijak |
Nilai & tanggung jawab barang |
SD |
A–C |
Pasar Kreasi, Mengelola Uang |
Jual beli barang bekas, menyusun anggaran |
SMP |
D |
Produk Kebutuhan Lokal |
Produksi berdasarkan kebutuhan sekitar, nilai sosial |
SMA |
E–F |
Produk Bernilai Tambah |
Tambah nilai pada produk lokal, tanggung jawab sosial-agama |
- Berdasarkan Permendikbudristek No. 12/2024: kembangkan karakter dan kemandirian.
- Langkah pengembangan:
- Analisis sumber daya & kebutuhan.
- Tentukan bentuk kegiatan & indikator capaian.
- Buat program dalam RKAS.
- Evaluasi: berbasis proses dan hasil, dinilai secara kualitatif dalam rapor.
- Kepramukaan: SKK “Penabung” & “Cakap Keuangan”.
- Game Edukasi: buat board game tema finansial.
- Penelitian Siswa: data pengeluaran, seminar sekolah.
- LKS: manajemen acara dan kewirausahaan siswa.
- Seni Budaya/Teater: edukasi lewat drama (misal: “Keluarga Cemara”).
- TIK: Excel untuk laporan keuangan, komik finansial.
- Keagamaan: nilai keuangan dalam zakat, sedekah, kejujuran.
- Literasi finansial harus masuk dalam kebijakan pendidikan nasional sebagai kompetensi esensial abad 21.
- Perlu sinkronisasi antar kementerian/lembaga (Kemdikbudristek, Kemenag, OJK, BI, dll.) dalam menyusun arah kebijakan.
- Standar capaian pembelajaran literasi finansial harus disusun jelas, kontekstual, dan lintas jenjang pendidikan.
- Literasi finansial diintegrasikan dalam berbagai mata pelajaran, bukan sebagai mata pelajaran terpisah.
- Perlu penyusunan modul tematik dan projek penguatan profil pelajar Pancasila bertema finansial.
- Guru dan tenaga kependidikan perlu mendapatkan pelatihan khusus literasi finansial.
- Disediakan platform belajar mandiri, seperti PMM, dengan sumber belajar digital dan modul interaktif.
- Perlu sinergi sekolah–orang tua–masyarakat–lembaga keuangan untuk memperkuat budaya finansial.
- Insentif dan pengakuan terhadap praktik baik satuan pendidikan dalam implementasi literasi finansial.
- PAUD
- Anak usia dini diperkenalkan konsep menabung dan membedakan kebutuhan-keinginan melalui bermain peran, cerita bergambar, atau simulasi jual beli.
- Melibatkan orang tua dalam pembiasaan sederhana seperti celengan bersama dan diskusi kecil.
- SD/Sederajat
- Pelaksanaan projek kewirausahaan sederhana (misal bazar kelas).
- Penerapan uang kelas sebagai simulasi transaksi dan pengelolaan kas.
- Pembiasaan mencatat pemasukan-pengeluaran dan membuat anggaran mini.
- SMP/Sederajat
- Kolaborasi antarmata pelajaran dalam projek kewirausahaan berbasis komunitas lokal.
- Kegiatan edukasi investasi sederhana, misal menabung emas, diskusi pasar modal.
- Penggunaan aplikasi simulasi keuangan atau game edukatif.
- SMA/SMK/Sederajat
- Implementasi program magang kewirausahaan dan literasi finansial.
- Studi kasus dan analisis risiko dalam investasi, pinjaman, utang.
- Kunjungan edukatif ke lembaga keuangan (bank, koperasi, pasar modal).
- Pendidikan Kesetaraan dan Pendidikan Khusus
- Disesuaikan dengan kondisi peserta didik dan kebutuhan hidup nyata.
- Penekanan pada praktik nyata pengelolaan keuangan rumah tangga, wirausaha kecil, dan keterampilan hidup mandiri.
